Gua gak mudeng banget.
Karena gua sudah tiga kali hadir kursus Dhammaduta atau biasa disingkat dengan KDD, gua harus menghadiri acara yang terakhir. Yang mana dalam kegiatan tersebut gua dan orang-orang yang lain harus berbicara di depan banyak orang.
Okay. Kalau berbicara tentang kehidupan atau ngelucu, mungkin gua masih bisa lah ya. Karena gua sempat ngoceh beberapa menit sebagai mentor SEALNet. (...) Tapi sayangnya, gua harus ngomong di depan puluhan mata dan telinga dengan topik yang sebaiknya berhubungan dengan Buddha. Terlebih lagi, gua merupakan bocah yang perlu berbicara di depan orang dewasa. Ya ampun, what would I be like? Seorang bocah sok-sok ngomong Dhamma di depan orang yang lebih tua, rasanya agak tak wajar. . .
Lima hari sebelum hari-H, gua santai banget. Gua sama sekali gak mikirin mau ngomongin apa pas hari H. Lalu satu hari sebelum hari yang telah di tentukan, gua keblak-blakkan. Gua buka buku-buku Buddhist, seperti Dhammapada, buku panduan KDD, juga beberapa sutta di internet. Gua baca quotes-quotesnya, loncat-loncat, berharap tiba-tiba sebuah kalimat akan muncul di otak gua. Sehingga gua bisa membuat sebuah tulisan berdasarkan kalimat itu.
Namun sayangnya, semakin gua membaca tulisan-tulisan itu. Gua bukannya makin menemukan ide mendapat bahan, gua malah serasa di teplak. Karena gua berpikir bahwa kalimat-kalimat tersebut memang benar adanya, tetapi gua sebagai seorang bocah yang penuh dengan keserakahan rasanya sangat tidak cocok untuk memberi nasehat akan sesuatu yang gua sendiri belum sanggup menaatinya. Jadi, kemana muka gua bisa bertahan kalau apa yang gua ucapkan bertolak belakang dengan apa yang gua lakukan? Ckckck.
Ketika akhirnya gua udah gak sanggup lagi berpikir panjang. Mata gua uda loyo, hari sudah makin gelap, otak udah semakin gak lancar. Gua akhirnya membuka kembali buku coretan gua, yang berisi tentang coretan-coretan ngawur yang gua tulis selama romo atau pandita mengajarkan sesuatu hal di depan.
Gua nulis tentang meditasi, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena gua sendiri gak pernah berhasil meditasi.
Gua nulis tentang public speaking, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena kegiatan terakhir yang akan diajarkan sama pula.
Gua nulis tentang kelahiran manusia, tapi tulisan gua belum cukup panjang dan gua gak begitu memahami topik tersebut.
Gua nulis tentang Annica dengan gaya tulisan gua sendiri, tapi gua rasanya gak bisa bahas ini karena audience gua adalah orang dewasa.
Gua nulis tentang konflik, tapi gua gak bisa bahas ini karena tulisan gua berhenti di tengah. Pembicara yang menjelaskan tentang konflik management ini pun ekspress menjelaskan dan hal yang ia bicarakan gak bisa masuk di otak gua.
Gua nulis tentang filosofi tulisan mandarin kuno, tapi sekali lagi, audience gua gak sesuai.
Gua nulis tentang kekhawatiran gua yang speechless, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena itu lebih cenderung ke curhat daripada ceramah.
Gua nulis tentang anohana, tapi gak mungkin gua bahas disini.
Gua nulis tentang organisasi, tapi ... gua merasa ini gak begitu penting.
Gua nulis tentang hukum sebab akibat dan kamma, tapi tulisan gua gak lengkap.
Gua juga nulis hal-hal random yang terjadi selama KDD, tapi gak mungkin gua ceramahin hal itu di depan mereka.
Ya, gua udah nulis segitu banyak (sekitar 26 lembar atau sekitar 50 halaman) tapi gua masih belum mendapat sesuatu untuk di bicarakan di depan mereka semua!
Ketika gua menulis postingan ini saja, waktu sudah menunjukkan pukul 11:28 malam!
Capedeh.
Namun, syukurlah ketika sudah saatnya ceramah. Gua diajak kabur oleh Akim dan senior gua. Mereka semua pada angkat tangan, "Ya kalo ceramah lagi kita orang gak bisa lah. Mending pulang aja, ayok!" Gua pun pulang tanpa perlu cenat-cenut mikirin naskah. Hehehe
Karena gua sudah tiga kali hadir kursus Dhammaduta atau biasa disingkat dengan KDD, gua harus menghadiri acara yang terakhir. Yang mana dalam kegiatan tersebut gua dan orang-orang yang lain harus berbicara di depan banyak orang.
Okay. Kalau berbicara tentang kehidupan atau ngelucu, mungkin gua masih bisa lah ya. Karena gua sempat ngoceh beberapa menit sebagai mentor SEALNet. (...) Tapi sayangnya, gua harus ngomong di depan puluhan mata dan telinga dengan topik yang sebaiknya berhubungan dengan Buddha. Terlebih lagi, gua merupakan bocah yang perlu berbicara di depan orang dewasa. Ya ampun, what would I be like? Seorang bocah sok-sok ngomong Dhamma di depan orang yang lebih tua, rasanya agak tak wajar. . .
Lima hari sebelum hari-H, gua santai banget. Gua sama sekali gak mikirin mau ngomongin apa pas hari H. Lalu satu hari sebelum hari yang telah di tentukan, gua keblak-blakkan. Gua buka buku-buku Buddhist, seperti Dhammapada, buku panduan KDD, juga beberapa sutta di internet. Gua baca quotes-quotesnya, loncat-loncat, berharap tiba-tiba sebuah kalimat akan muncul di otak gua. Sehingga gua bisa membuat sebuah tulisan berdasarkan kalimat itu.
Namun sayangnya, semakin gua membaca tulisan-tulisan itu. Gua bukannya makin menemukan ide mendapat bahan, gua malah serasa di teplak. Karena gua berpikir bahwa kalimat-kalimat tersebut memang benar adanya, tetapi gua sebagai seorang bocah yang penuh dengan keserakahan rasanya sangat tidak cocok untuk memberi nasehat akan sesuatu yang gua sendiri belum sanggup menaatinya. Jadi, kemana muka gua bisa bertahan kalau apa yang gua ucapkan bertolak belakang dengan apa yang gua lakukan? Ckckck.
Ketika akhirnya gua udah gak sanggup lagi berpikir panjang. Mata gua uda loyo, hari sudah makin gelap, otak udah semakin gak lancar. Gua akhirnya membuka kembali buku coretan gua, yang berisi tentang coretan-coretan ngawur yang gua tulis selama romo atau pandita mengajarkan sesuatu hal di depan.
Gua nulis tentang meditasi, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena gua sendiri gak pernah berhasil meditasi.
Gua nulis tentang public speaking, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena kegiatan terakhir yang akan diajarkan sama pula.
Gua nulis tentang kelahiran manusia, tapi tulisan gua belum cukup panjang dan gua gak begitu memahami topik tersebut.
Gua nulis tentang Annica dengan gaya tulisan gua sendiri, tapi gua rasanya gak bisa bahas ini karena audience gua adalah orang dewasa.
Gua nulis tentang konflik, tapi gua gak bisa bahas ini karena tulisan gua berhenti di tengah. Pembicara yang menjelaskan tentang konflik management ini pun ekspress menjelaskan dan hal yang ia bicarakan gak bisa masuk di otak gua.
Gua nulis tentang filosofi tulisan mandarin kuno, tapi sekali lagi, audience gua gak sesuai.
Gua nulis tentang kekhawatiran gua yang speechless, tapi gua gak bisa bahas hal ini karena itu lebih cenderung ke curhat daripada ceramah.
Gua nulis tentang anohana, tapi gak mungkin gua bahas disini.
Gua nulis tentang organisasi, tapi ... gua merasa ini gak begitu penting.
Gua nulis tentang hukum sebab akibat dan kamma, tapi tulisan gua gak lengkap.
Gua juga nulis hal-hal random yang terjadi selama KDD, tapi gak mungkin gua ceramahin hal itu di depan mereka.
Ya, gua udah nulis segitu banyak (sekitar 26 lembar atau sekitar 50 halaman) tapi gua masih belum mendapat sesuatu untuk di bicarakan di depan mereka semua!
Ketika gua menulis postingan ini saja, waktu sudah menunjukkan pukul 11:28 malam!
Capedeh.
Namun, syukurlah ketika sudah saatnya ceramah. Gua diajak kabur oleh Akim dan senior gua. Mereka semua pada angkat tangan, "Ya kalo ceramah lagi kita orang gak bisa lah. Mending pulang aja, ayok!" Gua pun pulang tanpa perlu cenat-cenut mikirin naskah. Hehehe