Hi!
Sejujurnya gua bingung mau mulai dari mana. Hahaha...
This random thought in the middle of the night just came in. "Gua udah lama banget gak nulis sesuatu selain review produk." I am going to have another stage of life, kenapa engga gua ceritain aja ya?
By 'another stage of life', I mean is..."GETTING MARRIED!"
Yep, you saw it right. This 22-year-old friend of yours is going to marry someone! I don't know whether you will be shocked by the news, but kindly congratulate and wish me something good, yeah? Heheheh.
Memang gua gak banyak 'menyebarkan' apapun yang berhubungan dengan kehidupan percintaan gua. Karena gua masih merasa canggung. Entah kenapa gua punya perasaan aneh aja gitu kalau mengumbar-umbar. Gak heran, instagram gua jarang ada foto cowok gua. Sorry, pal.
Tapi kali ini, gua memberanikan diri untuk mencoba bercerita kepada diri gua sendiri tentang #AlongTheWayWithAlice. Buatlah kata-kata yang menarik agar bisa dibaca dengan seru di masa depan, bren!
--------------
Awal-awal dikenalin, gua sih benci banget sama Troton. Ketika orang lain berkenalan dengan bersalaman tangan. Like, salaman tangan dimana tangan lu dan tangan partner itu bersentuhan sampai penuh, literally telapak bertemu telapak. Dia malah bersalaman dengan hanya menyentuh seperempat jari gua. Beuh, Udah kurus kerempeng, belagu lagi!
Gua gatau gimana akhirnya dia yang sentuh tangan gua pun merasa jijique bisa akhirnya mau mencoba mendekati gua lagi. Gua udah coba tanya ke Troton kenapa dia jadi mau deketin gua lagi (karena gua masih dendam sampai sekarang), dan dia hanya bilang, "Ya karena kamu orangnya baik dan lumayan mandiri." Hmmm sabi sabi.
Kayaknya gak perlu di jelaskan lagi, kalau gua adalah cewek yang cukup cuek dan jutek. Jadi ketika lagi pendekatan dengan Troton, gua kayaknya jarang banget nanya apapun tentang dia. Terlebih lagi, gua udah benci banget sama dia.
Tapi ya karena dia lama kelamaan sering nge-chat, lambat laun sudah jadi sebuah kebiasaan. Gua pun mulai terbiasa melewati hari dengan kabar dari dia. Kami pun sesekali jalan bareng.
Suatu hari setelah nonton Hotel Transylvania 2, gua bilang sama Troton kalau gua bakalan pergi ke Ancol sama senior gua.
Terus dia bilang, "Sama senior aja kamu mau pergi kemana-mana. Sama aku engga."
Ya iyalah, siapa lu?
(Jahat kali kau bren TwT)
"Mau ke Ancol ga?" Dia pun nanya gua malam itu juga.
Gua pikir dia bercanda. Kek sesuatu yang gak mungkin gitu. Jadi gua bilang aja yaudah. Tetapi ternyata dia serius dan kami pun pergi ke Ancol.
Kami jalan-jalan di jembatan lalu duduk di kafe. Kami duduk dalam diam. Gua melihat ke arah laut yang gelap itu, gak berkata apa-apa. Lalu, tiba-tiba Troton peluk gua dari belakang tanpa sebab. Tentunya, gua. . . SHOCK. Tapi untungnya gua gak dorong dia jatuh ke laut sih. Gua hanya terdiam saja. Tidak memeluk dia kembali. Benar-benar diam aja. LOL. What are you doing?! Kami masih tetap terdiam, sampai akhirnya gua ngantuk dan menaruh kepala gua di meja. Ketika mata gua melihat mukanya, dia menatap gua balik. Lalu dia mengelus kepala gua. OK, at this point, I was excited. Ketika dia mengelus kepala gua, meme "Girls like it when boys stroke their hair" keluar. Dan gua kek "YEP SO TRUE." Gua menyukai dia yang mengelus kepala gua.
Kami pun pulang dan tiba-tiba dia nanya gua, "Kamu sebenarnya punya perasaan ga sih sama aku?"
Shit. Gua terdiam. I have to tell you the truth now, that ... I never date somebody! I don't know what to answer. This whole situation is so NEW to me. I just don't know what to do!
Kami pun sampai di rumah. Kamu tau apa yang dia lakukan padaku? Memelukku dan mencium keningku. Lalu mencium tanganku dan pipiku.
"Kok kamu gak peluk balik?"
...
"Aku bakalan rindu kamu..."
...!
Dan gua pun keluar dari mobil dan lari ke kamar.
WHAT THE FUCK!
Yeah, what the fuck, bren?!
Malam itu, gua gak bisa tidur. Perasaan gua tercampur aduk. Apa gua suka dia? Gua pikir gua benci dia. Tetapi kenapa gua gak mengelak ketika dia memeluk gua ya? Dan sebagai orang yang baru pertama kali mengenal pacaran selama 19 tahun hidupnya, perasaan yang datang malam itu seperti petir dalam konotasi yang positif.
Anyway, you still bear this story, right, my friend? ;D
Setelah ciuman di kening yang berhasil membuat dunia gua terguncang, I start to feel a slightly butterfly effect on my stomach.
(Duh, bren. Kau polos kali ya?)
Kami melewati hari-hari dengan kehidupan masing-masing. Dia sesekali chat gua dan menanyakan kabar. Lalu dia mengabari dirinya sendiri tanpa gua tanya. Atau mungkin kali ini gua udah ada perkembangan dikit dan nanya dia lagi ngapain kali yah. Dan basa-basi selanjutnya.
Tibalah suatu hari, ketika dia menjemput gua dirumah, dia memberikan gua jam tangan. Sebenarnya gua udah lihat jam tangan itu di Path sebelum dia datang. Jadi gak surprise lagi dong. -_-)a Sesampainya di tempat, gua udah mau turun tapi Troton menghadang gua, "Gak ada yang ketinggalan?" Dia sedang menyebut jam tangan yang masih belum gua terima.
"Kenapa kamu kasih jam tangan itu?" gua pun bertanya.
"Gak apa-apa. Aku cuma mau kasih kamu aja." Katanya.
Ea ea ea.
Tapi ketika dia menjawab itu, entah kenapa gua kesal. Dan gua pun bilang dengan senyum, "Kalau gak ada apa-apa, aku gak mau terima."
Dia melihat gua dengan pandangan yang menahan marah sampai gua takut.
Keep it strong, bren!
(Sok jual mahal sih lo!)
Gua pun keluar dari mobil.
Setelah beberapa lama, dia minta maaf dan bilang kalau dia terlalu percaya diri, dia pikir gua bakal terima jam itu.
Gua pun bilang, "Kalau aku terima jam itu, gak apa-apa. Kalau aku gak terima jam itu, juga gak apa-apa kan? Yaudah aku gamau jam itu."
(Baper banget sih, bren, jam doang elah)
Troton memegang pergelangan tangan gua lalu menarik gua ke tempat yang berbeda. Kami duduk di sofa, lalu dia nanya,
"Would you be my girlfriend?"
.
.
.
.
.
#EAAAA
Gua melihat dia. Dia melihat gua.
The next thing I know adalah dia bilang terima kasih lalu mencium pipi gua.
.
.
.
Setelah 19 tahun menjomblo, kini anakmu punya pacar, mak!