the Two Brothers
Opps... Haven't update latey...
Gua gak meng-update karena gua merasa belum ada sesuatu yang perlu gua katakan. "BEUH?"
Tapi kali ini gua punya kartu. Muahhaa.
Dan mungkin dalam waktu belakangan ini Return Chapter 13 akan gua post. *YEAY*
...
Di suatu siang, *beuhh* gua melihat dua orang manusia masuk ke dalam kantor. Mereka pun masuk lagi ke dalam ruangan Boss, lalu gua pun dipanggil masuk.
"Apakah kamu butuh bantuan?"
Gua pun menjawab, "Ya, saya butuh."
Tapi kemudian gua menyadari bahwa bantuan yang gua butuhkan memerlukan orang yang lebih baik daripada mereka.
/// terlalu berat ceritanya nih ///
Jadi, setelah itu divisi di kantor gua pun mendapatkan dua tenaga tambahan. Sapalah mereka, "Visor" dan "Airdew"!
Airdew merupakan cowok pendek yang sebenarnya wajahnya mengingatkan gua pada Bison. Dia tidak jelek, juga tidak terlalu ganteng, dan faktanya dia tidak single. He got a girlfriend, you see. Pekerjaannya sehari-hari adalah menginput data gambar ke komputer. Sebuah pekerjaan yang mudah, dan lebih mudah lagi karena ia punya teman pintar, si Visor dan teknologi kekinian. Setelah memakai program Record atau apalah itu, bison airdew hanya perlu duduk manis bermain Clash of Clans sementara komputernya bekerja sendiri.
Sementara itu, Visor adalah cowok tegap tinggi yang kalau diliat sekilas seperti model yang keluar dari halaman majalah. Bisa dibayangkan bagaimana terkadang gua merasa tertekan karena harus melihat pemandangan dazzling yang melting. Visor bahkan lebih tinggi dari gua! Okay okay... Jadi tugasnya Visor adalah kurang lebih menjadi bawahan gua. AAWWWWW! Hahaha... Dia menggantikan gua membuat gambar pre-order yang biasanya gua kerjakan. Setiap kali dia selesai membuat satu, dia akan membawa laptopnya untuk memperlihatkan hasil karyanya ke gua. Gua pun akan melihat dan mengoreksi setiap gambar yang ia buat.
Tiap pagi, Visor akan menyapa kami dengan senyuman "Pagi..." Sementara Airdew hanya masuk, memberi senyum singkat, dan pergi ke tempat duduknya. Mereka selalu pergi makan siang berdua dan biasanya pulang barengan jam 5 pas. Airdew akan pulang menggunakan mobil Rush-nya sementara Visor pulang dengan Ninja-nya. What a sight, right...
Di hari kedua mereka masuk kerja, gua deg-degan. Bagaimana tidak, ketika orang biasa keluar kantor dari jam 12.30 sampai jam 01.30, mereka keluar dari jam 12.30 sampai 2.30! Gilak, gua malah berpikir bahwa mereka tidak akan pernah kembali lagi. Beuh. Ternyata mereka terlambat karena hujan di luar. Karena mereka terlambat kembali ke kantor, maka pendingan mereka semakin bertambah. Mereka terpaksa tertahan di kantor hingga jam 6. Muahhaha
Kedua lelaki itu sungguh membuat suasana kantor menjadi kocak.
Pernah suatu ketika, seisi kantor dibuat kocak oleh mereka. Semua orang sedang melakukan pekerjaan mereka masing-masing, lalu Airdew berdiri dan menemui senior. Ia mengatakan ia izin pulang untuk pergi ke rumah sakit. Sementara itu, Visor berdiri di belakangnya, memegang tas di punggungnya.
Senior gua bertanya, "Okay. Airdew silahkan pulang kalau ingin ke rumah sakit. Lalu, kenapa kamu juga ikut ya, Visor?"
Visor menjawab dengan senyum, "Ya, aku juga mau pulang karena tidak ada kerjaan."
Seorang spg toko yang kebetulan berdiri di dekat senior gua, berpaling muka ke sebelah untuk menahan tawa. Senior gua sendiri hanya terbengong ngeliatin Visor. "Sebentar. Apa katamu tadi? Mungkin saya salah dengar..."
Gua yang baru balik dari mesin fotokopi berpapasan melewati Airdew yang senyum-senyum sendiri lalu mendapati senior gua senyum sinis tak percaya. Airdew sudah pulang. Visor balik ke tempatnya. Senior memanggil gua. "Alice! Sini, kasih anak ini kerjaan. Bisa-bisanya pulang karena gak ada kerjaan. Memangnya ini rumah. Enak aja." Lalu ia ngoceh-ngoceh.
Gua yang baru mendengar kejadian itu merasa geli sendiri, gua pun menemui Visor dan bertanya untuk meyakinkan "Kamu gak ada kerjaan??" Visor memberikan senyum nya dan menjawab tidak. Lalu gua pun akhirnya memberinya kerjaan tambahan.
Man... Lain kali kamu baru masuk kerja di tempat orang lain, jika memang pekerjaan kamu sudah siap, tanyalah pada rekan atau senior kamu, "Apakah ada yang bisa saya bantu?" Bukan pulang begitu saja! Dih, sakit...
Dua cowok itu magang di kantor gua selama beberapa minggu. Di minggu-minggu terakhir, gua memberikan mereka banyak pekerjaan. Salah satunya adalah pekerjaan gak jelas untuk mengumpulkan daftar film yang akan tayang tahun 2015. Gua membuat Visor untuk mengerjakannya karena gua punya ide untuk mempromosikan barang yang berhubungan dengan film tersebut di toko kami. Tetapi setelah Visor mengumpulkannya, gua baru mendapat informasi bahwa barang yang akan gua ambil tidak bisa dijual karena alasan SNI. Sia-sialah pekerjaan Visor. Gua harap dia tidak salah paham bahwa gua ingin mengajaknya nonton bareng. (Walau itu bukan ide yang buruk pula)
Di hari terakhir mereka magang, Visor membawa kamera DSLR. Dia tiidak pernah membawa kamera sebelumnya. Jadi gua tahu maksud dia membawa kamera itu untuk apa. Tetapi selama satu hari penuh itu, gua sungguh-sungguh JAIM. Mereka mengira di hari terakhir magang, maka mereka tidak perlu kerja. Visor mungkin sudah merencanakan untuk foto-foto bareng dengan DSLRnya. Tetapi rencana mereka gagal karena gua memberikan mereka setumpuk pekerjaan untuk mengganti dus rusak dengan packingan yang bagus. Mereka melakukan pekerjaan itu berdua dalam diam di ruangan bos yang kosong. Sementara itu, gua di luar mengerjakan tugas gua yang cukup banyak.
Di akhir hari, kami sama sekali tidak foto bareng dengan DSLR itu. Namun, saat mereka berpamitan, senior gua memberikan sepatah dua patah kata semangat. Sementara itu, gua hanya duduk melihat komputer gua karena gua malu. Lol. Gua entah kenapa malu melihat ke arah mereka. Itu bukan perasaan seperti melepaskan anak didik tapi tetap saja gua enggan melihat mereka. Akhirnya mereka pun pulang.
It's not over yet, anyway.
Hari terakhir magang mereka turned out to be hari Husky ngundang makan. Husky mengundang semua temannya, termasuk Visor, Airdew, Gusta, gua, Kchocs, Edut, dan temannya yang lain. Hampir semua temannya gua kenal karena mereka sering terlihat di pameran.
Gua gak menyadari bahwa cewek Jakarta itu jarang memakai celana pendek. Selama gua jalan bareng Gusta, gua selalu memakai celana jeans pendek (yang benar-benar pendek). Gua baru menyadari hal itu lumayan tabu untuk geng-nya Gusta saat di tempat makan tersebut. Kursi di sebelah gua kosong, lalu temannya Gusta ingin duduk di kursi tersebut. Tetapi baru selangkah mendekati kursi itu, dia tidak jadi duduk. Gua menduga karena ia melihat kaki gua (yang sebenarnya gak mulus itu) Bisa dibayangkan betapa gua merasa gak enak duduk di situ. Seperti orang yang salah kostum.
Pada saat makan, di depan gua ada Edut, sebelah kanan gua Gusta, dan sebelahnya Gusta adalah Visor. Gua baru sadar keberadannya setelah Gusta menunjuk Visor yang sedang duduk santai. Ia menyapa gua dan gua menyapanya balik.
Selesai makan, kami pun berjalan gak jelas ke arah Billiard. Cowok-cowok disana langsung masuk sementara beberapa orang lagi menunggu di luar. Umumnya yang menunggu di luar adalah orang yang gak suka dengan bau rokok di dalam kamar billiard itu. Termasuk gua, Gusta, Edut, Visor, dan yang lain.
Edut menejelaskan, "Kenapa gua mau temenan sama mereka itu, ya karena mereka juga gak suka rokok. Liat tuh (sambil nunjuk Gusta) mereka gak masuk karena gak tahan bau rokok."
Kemudian kami pun berdiri menunggu sampai akhirnya memutuskan untuk pergi nonton bioskop. Tapi karena gak ada film yang enak, kami meluncur ke Artha Gading untuk main bowling.
YEAY! It was the first time gua main bowling. Gua memakai bola paling ringan, yaitu enam kilogram. Sementara yang lain mengambil 8kg, belasan kg. Karena gua baru pertama kali main bowling, gua benar-benar seperti anak malang yang sok imut.
"Ini gimana mainnya? Tinggal dilempar aja? Ini gimana???"
Gua agak panik di depan landasan bowling itu. Gua berbalik ke belakang melihat mereka dan berharap ada salah seorang yang ingin maju dan mengajarkan gua cara main bowling yang benar. Tetapi ternyata tidak ada, dan akhirnya gua asal-asalan melepas bola. Bola itu menggelinding dan meleset jatuh ke paret.
Teman-teman yang lainnya sudah terbiasa bermain bowling, terlebih lagi Visor. Dia dazzling banget. Menggelindingkan bola lalu kakinya di tekuk seperti patah. Gua merasa itu pose yang aneh tapi kata Okie, pose itu adalah pose yang benar. Ow, man. Gua mendapat nilai yang pas-pasan seperti Gusta. Sementara Visor mendapat nilai tertinggi.
Setelah bermain bowling, gua merasakan kuku gua patah. Dan tangan gua kaku. Kami mengembalikan sepatu dan membayar. Gusta bertanya ke gua, "Lu gak bawa uang kan?" Gusta know me so well. Gua hanya membawa goban dan kartu debet. Agak lucu jika gua mengeluarkan kartu debet dan mengatakan, "Gua yang bayar deh." Jadi gua membiarkan Gusta membayar patungan gua. Husky nyeletuk di sebelah, "Enak banget ya jadi sepupunya Gusta. Apa-apa di bayarin. Idih, enak banget." Gua hanya mampu senyum-senyum di sebelah. Dalam hati gua nyesek, iye gua gak ada duit. Kenape. Tapi ujung-ujungnya gua tetap membayar hutang gua ke Gusta tanpa sepengetahuan mereka.
Belum puas bermain bowling, gua, Gusta, Edut, Visor, dan DeathBert (junior Gusta) meluncur ke ropita. Kafe kaki lima. Kami hanya memesan minum dan snack ringan sambil kongkow. Gua hanya mendengarkan mereka bicara karena hampir semua yang mereka perbincangkan adalah teman mereka sendiri yang tidak gua kenal. Terkadang gua ikut tertawa jika gua merasa mereka lucu dan mengancungkan tangan jika gua setuju. Lambat laun mata gua sayu.
Ketika jam menunjukkan hampir lewat dua belas malam, Gusta nyelutuk ke Visor, "Terlambat ngucapin ya?" Lalu gua sadar bahwa sudah hari Valentine. Mata gua melek. Oh. Begitu rupanya. Baiklah.
Mereka pun kembali melanjutkan gossip tentang salah satu teman mereka dan pacarnya yang sepertinya lebih dari sekedar pacaran. Cewe nya terlalu posesif dan cowo nya terlalu bodoh. Tetapi entah kenapa mereka masih tetap bersama. Dan lain dan lain. Kami nongkrong disitu sampai larut malam. Lalu akhirnya pulang.
And I'd never met the two brothers again until Toys Fair 2015. . .
0 comments