Bukan Jalan

Kamis, Desember 22, 2016

Hujan turun begitu lebat, membasahi seluruh isi kota. Orang-orang berlari mencari tempat teduh bersama. Ketika hujan berakhir, tinggalah genangan menghiasi. Kini ku berdiri di atasnya, melihat refleksi diri yang tercermin dalam genangan air. Aku pun berlari, meninggalkan cerminan diriku dan genangan air yang kian surut.

#edisisokpuitis

I marked my calendars: February 2017 would be the last month I'd be in my company.

Ketika gua dulu bergabung, gua bersekutu dengan kelompok Senior, BY, dan BS. Setiap makan siang, gua di ajak makan bersama di meeting room. Gua diajarkan oleh BS tentang beragam banyak hal. Saat pertama kali bergabung, gua tidak banyak mengetahui apa yang gua kerjakan. Yang gua tahu adalah Mom mengingatkan gua untuk selalu membersihkan meja kerja setiap saat.

"Da, ingat nanti kamu punya meja, dibersihkan, di rapihin."

Gua yang notabene belum pernah masuk ke dunia kerja, hanya bisa senyum-senyum duduk di kursi tepat di sebelah senior gua. Tidak ada pekerjaan yang pasti untuk gua saat itu. Mungkin karena kedatangan gua begitu mendadak. Lambat laun gua diajari oleh BS tentang sebagian pekerjaan.

Sebagai pendatang baru yang masih berusia muda di kantor itu, gua selalu dipanggil dengan sebutan "Keju". Karena mereka mengganggap gua "pintar". Jadilah, sidename itu melekat di diri gua hingga sekarang, walau gua yakin gua tak lagi pantas dianggap "pintar".


Kasus pertama yang gua hadapi adalah kehilangan mobil di depan lift. Aneh sekali kasusnya. Gua sampai harus berhadapan dengan Cebos karena hal itu. Pertama kali berbuat kesalahan menjadi hal yang sangat menyeramkan dalam hidup gua.

Ibaratnya mati satu tumbuh seribu, begitu juga dengan perjalanan karir gua. Masalah satu mati, tumbul seribu. Seiring berjalanannya waktu, semakin bertambah pula masalah yang gua hadapi. Gua bukanlah tipe orang yang bisa semangat bangkit dari keterpurukan. Semakin banyak masalah yang timbul tidak membuat gua bangkit, tapi membuat gua turun.

Semangat membara di awal, lalu meredup di akhir. Itulah gambaran pasti yang gua alami.

Ketika di awalnya, gua sanggup memegang segala hal. Mulai dari menjadi admin fb, admin bb, sampai admin pembelian gua gandrungi. Gua aktif berjualan di bb, aktif promosi. Omset yang awalnya baru berapa hingga sudah berapa. Likes yang baru berapa hingga sudah berapa.

Hingga kini, personil sudah banyak berganti dan suasana sudah tak lagi mendukung.

GUA LELAH.

Gua tak mau lagi perbuatan yang gua lakukan malah menjadi kerugian bagi orang lain. Gua cenderung berpaling dari masalah. Gua tidak ingin menghadapinya karena itu begitu menakutkan. Gua tak sanggup.

So, I made my escape plan.

But, there are things that hold me back.

My family.
Bisnis sis tak lagi jalan. Bro entah hidup seperti apa. Biaya kuliah apa kabar? Tinggal dimana kamu nak? Gak makan pake batu kan?

Gua mulai dengan membagikan baju-baju bekas yang tak lagi gua pakai. Lalu menyelesaikan pendingan laporan yang tertunda. Memvakum kasur, dan menyuci selimut di laundry. Membersihkan seisi kamar dan kamar mandi. Gua membersihkan jejak gua satu per satu sehingga tak ada lagi satu yang tersisa.

Semangat itu sudah redup, sudah tak nyala lagi. Sudah tidak ada harapan lagi. Sehingga apapun yang gua perbuat tak akan bisa gua kerjakan dengan 100%. Pasti ada sesuatu yang menghambat gua. Entah apa itu alasannya. Satu yang gua tahu pasti, adalah kemalasan.

Apa yang membuat gua bersikeras ingin berhenti?

Gua bukanlah seseorang yang sempurna, dan gua sering berbuat kesalahan. Maka dari itu, daripada membuat lebih banyak kesalahan lebih baik gua keluar. End of the story.


  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. entah aku baca ini inget jaman2 aku SMA dan awal kuliah sering nulis seperti ini di blog

    BalasHapus