Ini Gimana Keluarnya??!

Selasa, April 11, 2017

Hmm... I wished I had taken picture. . .
Kita foto-foto gak ya?

Ini merupakan post goal-accomplishment untuk tahun 2017. Goal #3 bertajuk 'Main Escape Game' sudah gua selesaikan! Bahkan sebenarnya lebih cepat dari yang direncanakan.

Karena. . . saya dapat free ticket kawan-kawan.

Ini bermula dari sepupu gua, Jess yang entah dari kapan meminta gua untuk menjawab quiz instagram dari House of Trap. Dan eng ing eng, gua pun menjadi orang beruntung yang mendapat dua tiket gratis di Kelapa Gading.  :D :D

Gua pun mengambil tiket gratisnya terlebih dahulu sebelum hangus. Agak perjuangan juga sih redeem tiketnya. Pertama, gua harus bolak-balik mengelilingi House of Trap. Bukan karena syaratnya begitu. Tapi karena gua sedang mencari sinyal kesana kemari. Padahal pake XL Prioritas, tapi apa daya, internetnya lemot setengah mampus. :"( Setelah beberapa lama keliling gak jelas, akhirnya gua mendapat sinyal juga. Gak menunggu lama, gua langsung membuka instagram direct message yang berisi pesan "Selamat!" Setelah itu pergi ke kasir House of Trap dan ternyata. . .

kasir nya engga ada. . .

Gua pun duduk termangu di ruang tunggu...
Begitu lamaaaaaaaaa.

Udah gak ada sinyal, cuma duduk bengong, nunggu nya lama lagi.

Eetapi kemudian mba nya datang dan gua bergegas ngambil tiket. Dan gua dapat 2 tiket gratis. Yeay!!!



---



Setelah mendapat dua tiket gratis tersebut, gua dengan sadisnya membiarkan mereka terselip rapi di dompet. Karena gua belum ada waktu untuk main di mall. #ceilah #soksibuk

Saat Bran datang, barulah gua pakai voucher itu. Gua, Bran, Jen, dan Jes pun mengunjungi House of Trap Kelapa Gading di hari Minggu. Pada saat mau redeem, drama kembali muncul. Ya drama seperti biasa, mba nya (yang ngerti administrasi voucher) kaga ada di tempat. Ngenes banget ya tiap kali gua mau kesana, tiap kali mba nya gak ada. Mba... Mba. Alhasil kita harus nunggu sekitar 10 menitan. Dan ketika dia datang, kita langsung nyerbu. Hahaha.

Etapi, drama baru muncul lagi. Karena itu tiket gratisan, mereka memberikan syarat tambahan. Yaitu hanya boleh pakai satu tiket saja.

"HUH?"

Gak salah?

Kita berempat dan kita gak mau rugi. Because, satu tiket itu sekitar 120rban. Dua orang aja udah harus merogoh koceh 200rb. Ini disuruh bayar 3 ?? OH, nehi nehi. 

Kita pun negosiasi dengan si pihak kasir untuk waktu yang cukup lama. 

"Kemarin saya pas pakai bisa kok langsung 2 tiket..."

"Lagipula kan di kasihnya langsung dua..."

Dan berbagai alasan lainnya. 
Pokoknya, dua tiket itu harus gratis! 

Tentunya, kita berhasil. HAHHAHA. 

Anyway, Jen dan Jes itu udah pernah main House of Trap sebelumnya. Apalagi games yang akan kita mainkan hari itu udah pernah mereka mainin juga! Nama game nya Maze House. 

Kalau biasanya House of Trap bakalan kasih kita waktu maksimal sampai 45 menit. Kita bisa selesaikan Maze House dalam waktu 15 menit doang. WAKAKAK. The Power of "Udah Pernah Main"

Nah di House of Trap ini, kita gak diperbolehkan bawa hape, senter, dan juga jam tangan. Pokoknya bawa diri aja deh. Tenang aja, karena barang bawaan kita akan disimpan dalam loker yang ada di depan pintu masuk Games yang kita mainkan. Kuncinya juga dikasih ke kita. Cuman, ukuran lokernya memang agak sempit ya. Paling cukup buat tas 4 orang aja. Kalau kalian ber-12, siap-siap deh ya punya akal lebih buat masukkin tas nya. Hahahha. 

Walau gak di kasih bawa hape, untuk memudahkan kita meminta bantuan atau berinteraksi dengan pihak House of Trap, kita akan diberikan sebuah walkie talkie. Kita juga dikasih 3 kesempatan bertanya. Cuma 3 loh guys, jadi pastikan kalian gak pakai kesempatan itu buat, 
1. "Mas, udah punya pacar belum?"
2. "Mba, boleh minta nomor hapenya gak?"
3. "Mba boleh kencing di sini gak?"
Itu pertanyaan konyol yang harus di hindari. Pastikan kalian udah tanya sebelum memasuki game. WKKWKW. Ohya segala kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab pemain jadi kalau kalian lagi pacaran tapi bete-betean jangan masuk ke dalem. Berabe kalau barang-barangnya dirusakin dan kalian harus ganti kan. 

Karena kita gak boleh pake jam tangan, jadinya kita gak tau udah berapa lama waktu berjalan. Di otak kita muncul teriakan, "CEPETAN! CEPETAN WOI! WAKTU INI!" Kita diburu oleh waktu yang tak tahu kejelasannya entah sudah lewat berapa lama. (Saking gak tau nya, kita malah selesai 15 menit doang kan)

Pas kita baru masuk ke Maze House, kita dihadapin dengan ruangan sempit. Sempitnya itu sempit banget. Bahkan itu gak bisa dibilang ruangan karena cuma ada satu tangga. Di atas tangga akan ada satu pintu untuk masuk ke tahap selanjutnya. Begitu masuk gua udah bego sendiri. 

"Apaan ini?"

Udah gelap, sempit, cuma ada beberapa anak tangga, semua serba hitam, mana pintunya pake digembok lagi. Gemboknya itu tipe gembok yang membutuhkan angka buat ngebuka. So, kita dapat angka darimana?? Setelah di lihat ke sekeliling, ternyata di setiap anak tangga itu ada angka, yang gak jelas dan gak beraturan. Tugas kita di tahap itu adalah mencari angka untuk membuka gembok. Ya seperti yang tadi gua bilang, Jen & Jes udah pernah mainin games ini, jadi kita bisa melewatinya. Walau agak heboh gak jelas karena mereka agak lupa-lupa ingat. Hahaha. 

Tahap selanjutnya, kita masuk ke sebuah. . . ruangan dengan tiga bilik pintu? Bilik terakhir terkunci dengan sesuatu yang mengerikan di baliknya. Di bawah lantai ada sudoku yang berwarna putih. Sementara di atasnya, ada papan berduri yang bergerak ke bawah. Papan berduri itu akan berhenti sampai ke titik yang cukup rendah sekali. Ruangannya tertutup tanpa cahaya lampu yang memadai. Kita hanya bisa melihat angka-angka di sudoku dari lubang kecil di pintu. Bayangkan dengan ukuran lubang segitu hanya satu orang bisa melongo ke dalam. Kita berempat harus bergantian kepala untuk melongo ke dalam. Jadi... I guess kita harus selesaikan sudoku nya? Tapi gimana caranya?? Pintunya terkunci! Kita harus buka gembok lagi. Tapi kali ini gembok nya harus memakai kunci yang mana ternyata tergeletak di bawah sudoku. Yang mana kunci nya ada di DALAM pintu yang tertutup. HELLO? Gimana kita kailin tuh kunci sampe ke tangan kita? Tunggu. Kailin? Berarti kita harus cari sebuah benda yang bisa dipakai untuk menggeret kunci itu. 

Setelah kita jungkir balik menemukan cara sampai akhirnya berhasil membuka pintu, guess what? Ada gembok lagi di dalamnya! Like whyyyyyy there are so many locks? Gemboknya kali ini membutuhkan angka untuk membukanya. Yeah, ada sudoku di lantai, dengan angka-angka yang bolong di dalamnya. Kita harus memecahkan sudoku itu untuk mendapatkan angka yang di inginkan. Gua dan Bran pun memecahkan sudoku itu dan berhasil membuka gembok. Yang ternyata, begitu gembok di buka, kita harus turun. 

Dengan celana kulot prisket yang melambai-lambai gua pun turun. Begitu menghadap ke samping, ada medusa melotot. Untungnya, Jes udah mewanti-wanti sebelumnya. So, jantung gua masih aman di tempatnya. Di tahap yang ke-empat ini, ruangannya sangat membingungkan. Like, really, Maze House bener dah. Ada banyak dinding bersekat dan cermin di setiap dindingnya. Walaupun gua yakin ruangan itu kecil banget, tapi gara-gara dinding bersekat dan cermin itu membuat kita tersesat di dalamnya. Gua sampai jalan bolak-balik untuk cari cara keluarnya. Jen berhasil menemukan cara keluarnya bahkan saat gua baru saja jalan-jalan bentar. 

Tahap selanjutnya adalah sebuah ruangan yang berisikan tungku perapian, lemari entah apa itu, meja kecil, dan pernak pernik lainnya. Eh ternyata tempat keluarnya adalah 'lemari' kecil yang di gembok. Kata sepupu gua kunci gemboknya ada di lantai. Maka dari itu, kami semua meraba-raba lantai. Tapi gak ketemu juga. Sampai tangga dekorasi di panjat-panjat, karpet di angkat-angkat, pokoknya semua jadi kapal pecah. Kita hanya menemukan kertas petunjuk gak jelas yang gua pegang terus karena sepertinya itu penting. Setelah beberapa saat, akhirnya kuncinya pun ketemu juga. Kami membuka gembok dan masuk dengan pose jongkok ke dalam 'lemari' itu. 

Begitu masuk, kita di hadapin dengan. . . sebuah ruangan gelap dengan rasi bintang di dindingnya. Di ujung ruangan terdapat sebuah pintu dengan gembok angka. Ruangan itu gelapnya bukan main. Sampai melihat ke gemboknya aja harus memicingkan mata. Satu-satunya cahaya penerangan yang ada hanyalah benda-benda yang bisa glow-in-the-dark seperti sepatunya Bran yang cling-cling di tengah gelapnya ruangan. Kertas yang gua pegang tadi juga ternyata ada yang glow-in-the-darknya. Kertas itu berisikan kalendar tahunan yang mana ada lingkaran tertentu di tanggalnya. Serta penunjuk bentuk bulan, mulai dari bulan sabit sampai gerhana. Di balik kertas ada lagi penunjuk rasio 12 rasi bintang. Saking otaknya gak nyampe, kita meminta bantuan dari GM alias Game Master. (Untungnya kita dapat GM yang pintar) Ini tahap yang membingungkan jiwa raga. Memanggil GM adalah keputusan yang cukup tepat. 

Selesai dari tahap rasi bintang, kita tiba ke tahap terakhir. Sejujurnya gua gak tahu kalau itu tahap terakhir karena ya. . . gak ada tulisannya gitu loh. Di ruangan sempit itu hanya ada sebuah peti, sebuah meja dengan timbangan batu, sebuah kursi aneh, sebuah meja dengan foto lawas, dan pintu gembok. Tentunya kita harus mencari kunci. Tahap ini merupakan tahap tersingkat yang kami lalui dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Karena begitu, seeeep seeet seeep, gua udah menemukan kunci nya dengan cepat. Pintu pun terbuka dan . . .

Jalan kosong terbentang luas. 

"Lah, ini udah berakhir?" 

Kita semua nanya-nanya. Karena gak berasa cepat banget waktunya bermain. 

Setelah kita menyelesaikan tahap terakhir, akan ada sebuah tiket gratis tercecer di bawah. Kata Jes. Tapi setelah kita cari-cari di lantai, gak ada tuh tiket gratisnya. Begitu ada mba lewat kita langsung nanya, dan ternyaata...."Kalau  udah finish sebelum 45 menit, nanti tiket gratisnya akan dikasih di kasir kak." Oalah. . .

Kita pun kembali ke loker dan mengambil semua tas, lalu ke kasir untuk mengambil tiket gratisan lagi. Sayangnya tiket gratisnya hanya ada 1pcs saja. :( 

Main House of Trap memang menyenangkan banget! Kalau bukan karena Jes & Jen udah punya pengalaman sebelumnya, gua yakin kita orang pasti bakalan kelabakan, stres, dan bego sendiri di dalem. Rasa was-was muncul begitu kental di dalam diri. Tapi, I think it's better kalau kita gak tahu apa-apa dari awal kali ya. Walau bego nya pasti gak ketolong, tapi setidaknya otaknya di paksa jalan buat cari jalan keluar. 1001 cara menuju Roma, right? 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments