Hidung Berlumur Darah

Jumat, Juli 08, 2016





Momen langka yang terjadi di kantor gua adalah ketika segunung kerjaan menanti, HRD mengucapkan

"Kita akan libur dari hari Selasa sampai Sabtu depan ya!"

Masih dengan ambang tidak percaya, karena kantor gua hanya menganut sistem 'Libur hanya pada tanggal merah' saja. Apalagi saat itu kami baru saja lembur 5 hari berturut-turut. Bisa kebayang load kerjaan yang bejibun, tapi wahai badai angin apa yang menerpa di penghujung hari ada kejutan liburan panjang? Wow.

Menyambut libur lebaran yang panjang, gua segera bertanya pada teman-teman kampus. Siapa saja yang bisa diajak ketemuan. Yang ternyata jawaban mereka membuat gua patah hati. Cideb udah pulang ke Tangerang. Yuce udah pergi ke rumah keluarganya. Tine memang gak ada rencana tapi rumahnya jauh sampai ke belahan Jakarta sana. Sepupu gua juga udah pulang ke Cirebon. Tinggalah gua sendiri di rumah menanti kebersamaan yang sudah pergi.

Sedih itu ketika menanti-nanti liburan tetapi ternyata tidak melakukan apa-apa.

Dirumah gak ngapa-ngapain itu rasanya nyesek banget. NYESEK BANGET.
Lu gak tahu mau ngapain. Mau di dalam rumah kayak pengangguran. Mau ke luar rumah yang ada cuma ngabisin duit. Bukannya untung punya jatah libur banyak, tapi buntung. :( Apalagi kalau liburan, uang makan bakal di potong nantinya. :((


--


Badan gua letih, lunglai, lesu, lelah, letoy-letoy, pokoknya gak enak banget dah setelah lembur selama 4 hari. Oleh karena itu gua ingin memanjakan badan gua di SPA ataupun reflexology biar enak gitu. Gua berencana untuk pergi ke Nano Reflexology yang ada di MOI, tapi begitu lewat di depan outletnya, tempat itu kosong tak berjiwa. Hati gua pun patah berkeping-keping. Padahal ini tempat refleksi yang ada di Mall loh! Di mindset gua hari libur itu adalah tempat dimana Mall dijajah sama manusia dan pastinya bakalan rame alias tempat pundi-pundi uang terisi. Jadi seharusnya outlet yang ada di Mall selalu buka di hari libur. Tapi. . . Nano reflexology tutup. Gua sedih banget.

Tidak jadi refleksi, gua dan Troton main ke Fun World yang ada di MOI. Tempat favoritnya Troton. Seperti anak-anak aja ya. Hahhaha. Dulu, Troton paling suka main lomba kuda-kudaan di Fun World. Dugaan gua sih karena dia sering menang makanya setiap kali ke Fun World dia selalu main dan memberikan gua boneka-boneka hadiah. Tapi kali ini, dia ketagihan sama stand lempar kaleng. Dimana kita diberi 3 kantung untuk menjatuhkan 6 kaleng sasaran. Awalnya Troton sama sekali tidak mau main di stand itu, katanya "Ogah ah. Gak  bisa menang punya!" Padahal gua bilang boneka yang ada di stand itu lebih imut. Tapi dia menolak. Eh sekarang, gara-gara dia menang terus saat main lempar kaleng, malah dia ketagihan sampai meninggalkan lomba kuda-kudaan itu. Saking sukanya, gua membawa pulang 10 boneka. :>

Ke mall mana saja, tempat favorit Troton itu adalah arena bermain anak ataupun Toys Kingdom. Gua jadi curiga kalau si Troton itu sebenarnya anak-anak yang tinggal dalam badan orang dewasa deh. Kerjaan main-main atau engga melihat-lihat koleksi Hotwheels. Hadeuh... Kuatkanlah iman saya ya, gusti.

--


Usaha kedua gua mencari tempat refleksi adalah di Baywalk Pluit. Pada saat gua curhat ke senior karena Nano Reflexology tutup. Senior gua cerita kalau dia sering ke Nest Reflexology yang ada di dekat Sunter kalau Five Star Reflexogy sedang penuh. Akhirnya gua search di internet dan menemukan berita bahwa Nest Reflexology tetap buka selama lebaran, tapi hanya untuk yang ada di Baywalk Pluit. Okeh, cus. Gua kesana.

Sampai di tempat, kami menunggu pasangan lain memilih package menu yang tersedia di depan konter receptionist. Setelah mereka selesai, gua dan Troton pun kebagian melihat package menu itu. Ternyata harganya lumayan mahal . . . Hmmm... Bolak-balik halaman, akhirnya kami memilih reflexology 2 jam. Lebih mahal dari Fivestar sih, tapi daripada keinginan gua refleksi gak terpenuhi? Kami pun memesan ke receptionist yang sedari tadi melihat layar monitor dengan khyusuk. Kamu mau tahu apa yang ia sampaikan?

"Maaf mba, paket reflexology sudah penuh."

"Oh, penuh sampai jam berapa? Yang masih bisa yang mana?"

"Semuanya sudah penuh mba."

Gila, pikir gua. Seketika itu juga, darah gua mulai naik dan gua kamehameha-in karyawan itu. Pengennya sih gitu. Ya ampun keselnya itu gak ketolong lagi deh. Keselnya minta ampun. Gua udah cari tempat refleksi kesana kemari, akhirnya nemu tempat ini dan sengaja ke sini demiiiii refleksi. Begitu nyampe harus nunggu beberapa lama buat lihat menunya. Terus waktu mau mesen, dia bilang 'udah penuh'.



Logika aja bang. Gua kesana pasti mau refleksi. Ini karyawannya pura-pura tolol apa memang tolol ya bawannya? Daritadi dia cuman lihat layar monitor. Kalau sudah tahu tempatnya sudah penuh, yowes, ngomong dong! Masa harus nunggu gua selesai dengan keputusan gua untuk pesan paket, baru dia bilang udah penuh?? SERIOUSLY? Kesel banget gua.

Sampai gua bilang, "Kenapa gak bilang daritadi?" tapi karyawan itu hanya senyum atau apalah, gua gak lihat mukanya lagi.

Gua merasa seperti anak gembel yang memilih paket yang tidak bisa gua dapatkan.

NYESEK PARAH. 
URHHGHSHT@#$%^&*()_

Akhirnya gua tidak refleksi sama sekali.
Maaf ya badan, kamu ingin dimanja tapi daku tidak dapat memenuhinya. Pukpuk


---


Gua dan Troton akhirnya menghabiskan waktu dengan menonton {Rudy Habibie} di Cinema XXI.

Gua bego banget deh. Gua pikir Habibie & Ainun 2: Rudy Habibie ini bercerita tentang adik atau abangnya BJ Habibie. Lantas gua bingung juga sih kenapa pemerannya sama. Awalnya gua pikir mungkin karena aktor bagus di Indonesia kurang, makanya mereka memakai aktor yang sama. Sungguh pemikiran yang dangkal sekali.

Ternyata Rudy Habibie itu ya BJ Habibie sendiri: Bacharuddin Jusuf Habibie.

Gua gak bisa membayangkan reaksi-reaksi orang di cinema yang mendengar pertanyaan yang gua lemparkan ke Troton : "Rudi itu adiknya BJ Habibie atau gimana?" Mungkin mereka menahan tawa, atau mengernyitkan dahi dan celetuk, "Ini anak jaman 2000 berapa ya??"





Di awal film, Rudy Habibie menceritakan masa kecilnya yang dihantui oleh pesawat tempur di Sulawesi. Ia harus berpindah-pindah untuk mencari tempat yang aman. Lalu kemudian, menunjukkan kisah mantan presiden BJ Habibie ketika kuliah di German tentang bagaimana ia mencoba menjadi mata air yang jernih bagi sekelilingnya.

Menurut gua film ini bagus banget. 4 dari 5.

Bagian yang menyentuh hati gua adalah ketika Rudy Habibie berjuang melewati hari-hari dengan dana terbatas. Dimana ia menelpon ibunya dan berusaha meyakinkan ibunya bahwa semuanya baik-baik saja. Tetapi kemudian ia keluar dari kotak telepon dan kelaparan di jalanan. Gua nangis. Di bagian itu dan juga beberapa bagian lainnya. Mungkin karena kisahnya itu sedikit mirip dengan kisah gua. #ehem

Yang menurut gua kurang bagus dari film itu adalah . . .

Ketika gua membaca komentar Acha Septiasa tentang film Indonesia sekarang yang makin mirip dengan Sinetron karena ada sekuelnya. Artinya film itu belum dapat dikemas dengan baik sehingga harus dibuat sekuelnya.

Komentar itu lumayan mempengaruhi pola pikir gua. Habibie & Ainun 2 menurut gua terkesan panjang dengan flashback yang banyak. Apalagi memiliki ending yang menurut gua 'gantung'. Seolah-olah, "Lah ini udah habis? Terus kelanjutannya gimana?"

Behold : Habibie & Ainun 3. 






--


Setelah mengetahui akan ada libur panjang, gua langsung membeli voucher Waterboom PIK. Hehehe...

Inginnya sih bersenang-senang tapi berujung mala petaka.

Ini kali kedua gua ke Waterboom PIK sama Troton. Kita main semua wahana bareng-bareng. Dari twizter, puteran favorit yang antriannya panjang sekaleh, sampai wahana anak-anak dimana kami mengumpulkan air dan menjatuhkannya kalau ada orang yang melewati pelosotan. Iseng banget. Hahhaha

Kebanyakan sih gua sama Troton main-main di area ombak dan lorong-lorong air. (Gua gak tahu nama tempatnya.) Gua bakalan duduk santai di atas ban double, lalu Troton menjalankan bannya. Kami memutari tempat itu berkali-kali. Kalau udah bosen, kami bakal keluar lalu jalan-jalan main wahana lain ataupun beli snack. Lalu kembali lagi bersantai di lorong air.





Dari semua wahana yang ada yang gua takuti cuma 1. Wahana yang tempatnya paling tinggi dan tidak memakai ban atau perlengkapan apa-apa. Alias cuma diri sendiri. Sorry, gua lupa nama wahananya apa . :( Di wahana itu, lu terlentang dengan kaki dan tangan disilangkan. Lalu terjun mengikuti lekukan polosotan yang ohmygod panjang! Dengan kecepatan dan ketinggian segitu, sesekali lu bisa merasakan seperti akan melayang keluar dari jalur. Sesampainya di paling bawah lu akan kehabisan napas dan mencoba untuk bernapas tapi akhirnya air yang masuk ke hidung. Lu pun akan berusaha cepat-cepat berdiri dan keluar dari arena itu. Gua sih begitu. Jadinya takut sendiri. Apalagi pas terakhir menaiki wahana itu gua masih membuka mata. Teriakan gua melengking banget dah.


Setelah bersantai ria di lorong air, gua dan Troton iseng ke wahana Twizter dan ternyata antriannya gak sepanjang biasanya. Kami pun langsung mengambil ban dan naik kesana. Banyaknya orang yang main membuat sang petugas sepertinya kewalahan. Biasanya kita harus nunggu aba-aba dari petugas baru boleh terjun. Tapi kali ini beberapa orang iseng turun dengan tempo waktu yang singkat. Akhirnya di Twizter itu bisa ada 2-3 kelompok orang. Ada yang macet di tengah jalan, ada yang tiba-tiba turun lagi dari atas. Sehabis selesai main Twizter, kami bakalan naik lagi dan cobain lagi sampai akhirnya. . .

Di kali terakhir kami naik Twizter. . . Kami turun lalu terjebak di tengah twizter dengan 2 orang lain, lalu akhirnya turun dengan posisi turun terbalik. Sampai ke penghujung terowongan, Troton masih sempat mengambil foto keceriaan kami. Kemudian . . . Splash! Splash! Splash! Ban kami terbalik, kami jatuh ke dalam kolam. Gua yang gak bisa berenang berusaha mencari-cari pijakan, tapi di sela pencarian itu hidung gua terantuk dengan benda keras yang gua duga adalah kepala Troton. Kemudian kaki gua akhirnya menemukan pijakan, gua pun bangkit. Hidung gua terasa sakit sampai akhirnya gua tutup. Troton menemukan gua dan segera menarik gua karena dia tahu gua gak bisa berenang. Lalu petugas bertanya-tanya "kenapa? kenapa?" Darah mengalir keluar dari hidung, merembes ke tangan gua. Troton panik, petugasnya langsung membawa gua klinik terdekat. Gua jalan perlahan tapi akhirnya disuruh lari sebelum kehabisan banyak darah. Sesampainya di klinik gua duduk di dekat tempat tidur. Petugas klinik itu menarik tangan berlumur darah dan membersihkan hidung gua. Mereka mencoba memberikan pertanyaan seperti, "Kepalanya pusing gak? Kalau telan, berasa darah engga?" Gua gak menjawab, gua cuma mau istirahat. Troton memanggil gua dan mengulang pertanyaan petugas tadi. Gua pun akhirnya menjawab "Engga". Petugas yang lain menanyakan kronologis kejadian ke Troton. Gua membuka mata dan melihat Troton berusaha menjelaskan apa yang terjadi dengan gaya khasnya. "Jadi kita main twizter, pas sampai di bawah bannya tiba-tiba kebalik, terus plek, pluk, aku lihat hidungya sudah berdarah!" Gua langsung senyum-senyum melihat Troton yang kembali lagi menggunakan bahasa "pluk, plek" nya itu.

"Mba, tadi masih ingat hidungnya nabrak apa?"

Gua pun melihat Troton, "Aku pikir kena kepalanya dia."

Troton lalu mengelak bahwa ia tidak merasakan apa-apa. "Aku engga merasa apa-apa. Bannya kebalik pluk, terus aku tahu kamu gak bisa berenang makanya langsung aku tarik. Tapi pas berdiri kamunya udah berdarah."

Petugas yang membersihkan hidung gua tampaknya tersenyum-senyum karena pluk plak nya Troton.

Setelah selesai membersihkan hidung gua, darahnya juga tidak banyak keluar lagi, gua pun duduk santai di tempat lain sambil melihat Anna mencari Elsa di pegunungan lalu bertemu dengan seorang pemburu. Troton duduk di sebelah, dan memperhatikan gua.

5 menit kemudian seusai istirahat, kami keluar dari klinik. lalu . . . masuk kembali ke lorong air. Gua masih memegang perban untuk jaga-jaga kalau darah tiba-tiba keluar lagi. Troton seperti biasa menjalankan ban sementara gua tidur sejenak. Lalu kami pun keluar dari lorong air dan jalan-jalan. Oh, Kami menemukan tempat berteduh yang asyique! Ada kursi pantai di bawah rindang pohon-pohon. Tanpa perlu pikir panjang, gua langsung tiduran di situ. Menikmati angin tanpa sinar matahari yang menembak langsung ke kulit. Santai sekali.






Selesai berjemur, kami pun pulang.

Kapok main waterboom lagi, bren? Engga sih.

Hidung gua masih nyut-nyutan dan kalau dipegang serasa habis di tonjok preman. Tapi kalau diajak main waterboom lagi mau-mau aja sih. Hahaha.


--


Awalnya kami mau main di waterboom sampai sore. Tapi karena gua habis 'kecelakaan', kami sudah pulang jam 2an. Cuman main sekitar 4 jam sih tapi kulit gua udah gosong dan belang -belang. Hiks. Padahal bekas belang-belang dari main waterboom sebelumnya aja belum hilang. Fiuh...

Tujuan kami selanjutnya adalah wisata kuliner. Gua mau banget makan di waroeng SS. Tempat makan para pecinta sambel. Makanannya murah-murah gitu, pedesnya nendang lagi! Maknyoes banget dah. Tapi sayangnya, lagi-lagi, sewaktu gua sampai disana. Tempat itu tutup. Alasan: libur lebaran.

urgh....

Kapan lagi coba ada waktu ke Tanjung Duren buat nyobain waroeng SS?
Di saat kesempatan itu ada, malah gak buka.

Super Sekali.


--


Mau reflesi tak bisa.
Mau waterboom berdarah.
Mau makan juga tak buka.

Libur oh libur, kemanakah aku harus berada?

  • Share:

You Might Also Like

12 comments

  1. Hai! Nano di MOI, tau ga ya buka kapan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi! Klo gak salah buka lagi hari Senin tgl 11 Juli

      Hapus
    2. Aishhh.. Ok d. Thx infonyaaa

      Hapus
  2. Btw Waroeng SS di jogja banyak banget & ramenya bukan main Mbak.. Jadi tempat makan favorit buat mahasiswa-mahasiswa.. Soalnya bisa nambah free nasi.. Hihihihi :D #hemaattt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Really? Kalo gua mah perjuangan banget kalo mau ke SS mas. T-T enak tuh tambah free nasi tsaaahhhh

      Hapus
    2. Kalo deket rumah gue ada noh, tapi ramenya gak ketulungan. Dan iyah, kebanyakan yang makan disitu anak-anak muda macem mahasiswa sama anak sma. Gw aja males liat parkirannya yang gak pernah sepi. Bapak-bapak macem gue suruh makan mie instan aja kali ya di rumah. Malah irit, hahaha

      Hapus
    3. Hahaha. Jangan lah merasa tua bapak. Sesekali merakyat lha :v

      Hapus
    4. Makan mie instan tuh kurang merakyat apa coba

      Hapus
  3. Asikkkk keliatannya mau dibayariiii kita sama Bapak Rizaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bapak lagi kere hore nak. Besok makan nasi sama garem aja ya nak, hahaha

      Hapus
  4. Btw ci, judul lo typo loh, kurang 'i'

    Hahahaha

    BalasHapus