Dear Mom

Selasa, April 04, 2017




Malam...

Tunggu, apakah sudah tengah malam disana?
Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk membangunkanmu di tengah malam...


Aku ingin mengucapkan

Selamat ulang tahun, Ma!

Untukmu yang berulang tahun ke 55 tahun ini. 

...

Hadiah apa yang pernah kami berikan? Hmm, kami jarang memberikan mu sesuatu.

Barangkali, hadiah pertama dan terakhir kali dari kami adalah setangkai bunga yang kau tepis dengan alasan "Lebih baik kalian kasih aku Rinso. . .!" Kami yang masih kecil tidak mengerti kenapa  kau tak menerima bunga itu. Kami tak mengerti kondisi keuangan yang mengekangmu di sana sini kala itu.

Ma, jujur saja, aku kesal dengan sikapmu yang tidak bisa move on, masih membenci dan mendendam. Singkirkan ia - orang yang membuatmu sengsara - dari benakmu, karena ia tak lagi layak ada disitu.

Aku tahu aku tak sering mencari dan menanyakan kabarmu, tak seperti orang lain yang dapat dengan leluasa menunjukkan emosi nya. Aku tahu kau merindukan ku, dan aku tahu dalam lubuk hati aku juga merindukan mu. Tapi aku tidak bisa mengekspresikannya dengan jelas. Mungkin karena aku mendapat kasih yang berbeda.

Ketika kau akan pergi, tak sedikit kerabat yang berkomentar, "Pasti anak yang paling kecil (aku) yang paling menyayangi mu."

Sayangnya, aku (mungkin) tak sepertinya yang mereka kira.

Beberapa kali kau mencoba meneleponku tapi aku selalu sibuk ataupun menutup teleponnya dengan cepat.

"Da, kamu baik-baik aja, kan?"
"Da, uang kamu masih cukup kan?"
"Da, mama kirimin vitamin buat kalian ya."

Dan aku akan menjawab, "Ya, aku ... baik-baik saja. Ya, Masih cukup. Yaudah."

Kau mungkin tak tahu bahwa terkadang aku menahan tangis ketika berbicara dengan mu. Karena terkadang aku tak baik-baik saja tapi aku berusaha untuk tidak menyusahkanmu. Aku berusaha untuk tidak membebani mu. Karena aku tahu, tak layak bagimu untuk masih tetap bekerja di usia yang semakin senja. Tetapi aku tak bisa membantu banyak. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah berusaha untuk tidak meminta.

Sejak kisah kita tak lagi berwarna, aku mulai berusaha untuk tidak banyak meminta. Terakhir kali aku menghubungi dia -orang yang membuatmu sengsara- adalah ketika aku membutuhkan sebuah handphone baru yang kubeli dengan setengah bantuannya. Tapi setelah handphone itu dan kontaknya hilang, aku tak pernah lagi berhubungan dengannya. Bahkan aku enggan menghubunginya lagi. Kau sering mengatai ku bodoh karena itu. Tapi aku memilih untuk tidak mencarinya selama aku masih sanggup. Dan aku berencana untuk tidak mencarinya lagi selamanya.

Ma, walaupun kau tidak berada di depan ku secara langsung untk menuntun jalanku. Tapi kau berada di balik segala layar kehidupanku untuk memastikan aku mendapat segala hal yang layak. Pengaruhmu seakan berperan sebagai perisai kecil yang melindungiku.

Aku mungkin tak sering mengucapkan kata-kata seperti "I love you" dan "Sorry" karena jujur saja, kata-kata itu cukup asing bagiku.

Tapi . . .

Ketika kau memasak kangkung belacan, kadangkala aku akan memperhatikan cara nya, mencatat resepnya, lalu membantumu mengulek bumbu ajaibnya. Aku harus mencatat resepnya berulang-ulang karena setiap berapa lama resep itu akan hilang entah terbuang kemana. Aku masih ingat kok, bahan utama-nya adalah udang terasi bukan?

Mulutku bau karena kau selalu memasak sambal udang dengan pete. Aku akan mengisengi Sis dengan menyebarkan aroma mulutku di dekatnya. Dia akan segera memintaku pergi jauh-jauh darinya karena aroma nya begitu menyengat dan membekas.

Aku akan menghitung uang recehanmu ketika kau baru pulang sehabis jualan sarapan di sekolah. Uang lembaran yang lecek karena diremas anak-anak akan aku bereskan dan susun berdasarkan nominalnya dari kecil ke besar. Kadang kala aku akan membantumu menjual roti di sela-sela jam istirahat sekolah. Anak-anak berlari menukarkan koinnya dengan roti. Aku akan kewalahan menghadapi mereka, tapi bagimu itu adalah rutinitas sehari-hari.

Aku bersyukur kau tak banyak mencampuri kehidupan asmaraku. Akan lebih baik jika kau tak hanya memberikan syarat "Yang penting dia sayang kamu." tapi juga "Ia harus memperjuangkanmu seperti aku memperjuangkanmu" Gitu dong! Hehehe

Kau bukanlah tipe ibu yang senang ketika menerima bunga, jadi ketika kau balik, mungkin aku harus menyiapkan sebuah Dapur Moona. Tempatmu berkreasi dengan berbagai jenis masakan penggugah selera.


Ma, jaga kesehatan ya. Aku akan request sup bakso huphio, Sis pasti akan request kangkung belacan, dan aku yakin kau akan memasak bawal kukus karena katamu itu baik untuk kesehatan. Kau pun akan memanggil kami duduk di meja makan untuk makan malam bersama di dapur Moona.



Your youngest daughter,

Brenda

  • Share:

You Might Also Like

9 comments

  1. Waaah, tulisannya mengharukan banget. Benar-benar bikin haru dengan setiap kenangan kamu akan ibu kamu.

    BalasHapus
  2. Mengingat wajahmu,
    Tak pernah kusangka hidupmu seperti itu.
    Kupikir hanya diriku.
    Namun.. Aku salah.
    Dunia terlalu luas.
    Membaca tulisanmu.
    Membuatku.. Timbul rasa haru..
    Tapi, kamu pasti tidak membutuhkan itu.
    Entahlah.
    Ini hari yang cukup melelahkan.


    *Belajar puisi gapapa kan bren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melihatmu yang turut terharu, membuat aku merasa lega, karena satu dan beberapa hal.

      *glad to hear from you, pri!

      Hapus
  3. Sambil baca lagi denger "I can Treat you better", damnn the feels

    BalasHapus
  4. Wheres my goddamn name ? U didnt mention this evil inside? Oh man

    BalasHapus
  5. kata-katanya nyentuh banget :")

    salam kenal ya ^^

    BalasHapus