Wisata Kuliner Keliling Medan
Selama merencanakan acara ulang tahun gua yang ke-17, gua merasa sangat sibuk. Lebih tepatnya, sok sibuk. -_-“ Untuk melancarkan acara tersebut, gua bahkan sampai harus menyusahkan banyak pihak dan mendapat komentar negatif dari beberapa pihak. Bisa dibilang, gua lebih sukses memvisualisasikan acara ulang tahun gua daripada merealisasikannya. Udah deh curhatnya, gua lanjut aja ke topik sebenarnya.
Sebagai langkah awal melangsungkan sebuah acara, tentunya butuh sebuah wadah atau tempat yang mengsupportnya. Untuk itulah, rencana awal gua adalah berkeliling untuk mencari tempat yang paling bagus dan paling menonjol dari yang lainnya.
Untuk pencarian tempat ini merupakan salah satu hal yang membuat gua pusing-kepala-ingin-nabrak-dinding. Ternyata mencari tempat yang pas itu tidak gampang! Apalagi dengan temperamen gua yang "banyak maunya". -__-
Artikel ini bukan merupakan artikel review yang sesungguhnya. Hanya untuk berbagi perjalanan yang tidak terlalu penting. Jadi bagi kalian yang sedang mencari review-review makanan tutup aja. Udah salah ruangan. Mendingan ke sini: makanmana.net (Blog Kuliner Medan) :D
Tempat pertama yang gua kunjungi adalah... Party Garden. Kenapa yang satu itu? Karena sewaktu sedang berada di dalam mobil, Dad bertanya ke gua, “Biasa teman kamu buat (acara) nya dimana?” Tentu saja gua mengatakan Party Garden sebagai jawabannya. Toh, gua hanya sekali diundang ke acara 17an orang lain alias teman gua, Cassopeia. Selain itu, teman gua yang lain si Princess juga akan mengadakan acara ulang tahunnya disana. Jadi, ya begitulah asal muasal bagaimana gua membuat Party Garden sebagai tujuan pertama.
Pengalaman gua di Party Garden ternyata tidak sememuaskan ketika gua mengunjungi tempat itu saat ultahnya Cassiopeia. Saat gua survey, ada sebuah acara yang sedang diselenggarakan yang mana I have no idea about it. Menurut gua, MC yang saat itu merupakan seorang cewek kurang lihai dalam memimpin acaranya. Entah penontonnya yang kurang antusias atau acaranya yang memang formal, tapi yang jelas gua tidak merasa ada party di malam itu.
Gua dan Dad duduk di dekat meja resepsionis dan berdiskusi dengan ‘manajer’ disana. Gua tidak yakin apakah dia manager atau bukan. Tapi yang jelas, tingkatannya lebih tinggi dari pegawai yang lain. Usianya juga. ._.v Pertanyaan yang dilontarkan wanita itu adalah, “Untuk kapan yah?” Baru gua sadari, ternyata pertanyaan itu akan sering ditanyakan di awal perbincangan apalagi setelah kamu mengatakan, “Saya mau pesan tempat.” Saat itu gua masih belum pasti untuk tanggal berapa acara gua akan dilaksanakan. Jadi gua hanya bisa menjawab tanggal 8, 9, atau 11. Wanita itu kemudian memberikan kami brosur berisi harga-harga paket yang ditawarkan. Gua hanya bisa meliriknya. Dalam hati, gua memang tidak ingin membuat acara di tempat tersebut. Toh, salah satu teman gua mengingatkan untuk tidak merayakannya disana. Alasan: terlalu mainstream. -_-. Gua pun mengisyaratkan pada Dad untuk tidak segera memesan tempat. Dad hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah gua yang banyak cincongwan (mau) nya.
Gua pun beralasan untuk memesan makanan terlebih dahulu (dan kemudian menyampaikan salam lalu kabur). Gua memilih nasi hangchow (kalau tidak salah) sementara Dad memilih nasi yang lain. Karena memang dasarnya gua tidak mengenal apa itu nasi goreng hangchow, gua pun bertanya pada wanita itu. Tapi. . . gua tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Karena wanita itu hanya menjawab, “Yaaaa... nasi goreng lho.” -_- Ya gua tahu itu nasi goreng, tapi apaaa?! ZZZzzzz Akhirnya gua malah tidak bertanya lagi dan hanya menunggu makanan keluar.
Beberapa lama kami menunggu, akhirnya makanan gua pun tiba. Seorang pelayan meletakkan sepiring nasi goreng ke meja kami. Karena makanan Dad belum muncul, jadi gua mengurungkan niat untuk makan terlebih dahulu. #cih Tapi... begitu Dad melihat hidangan yang disajikan, ia mengerutkan dahinya. “Ini kan bukan nasi hangchow!” katanya sambil mengorek-ngorek nasi goreng tersebut. Gua hanya bisa bengong dan memakan timun yang ada, toh gua memang tidak tahu apa itu nasi goreng hangchow. Gua sudah lupa bagaimana kejadiannya yang pasti. Wanita yang tadi melihat nasi yang disajikan dan segera meminta maaf serta menggantinya dengan nasi goreng hangchow yang sebenarnya. Jadi, nasi goreng apa tadi yang ada di meja gua? Ah~ Harusnya tadi gua makan aja, jadi bisa makan double. -_-;
Nah, setelah kejadian itu, gua jadi merasa bahwa pelayanan di restoran Party Garden masih kurang. Pelayannya kurang mengenal barang-barang yang mereka jual. Hal tersebut tentu menjadi kelemahan yang harus segera dibenahi pihak Party Garden. :)
Pemberhentian gua selanjutnya adalah Lembur Kuring. Gua menyesal sekali karena ‘terlambat sudah~’. Saat gua berkunjung ke Lembur Kuring sekaligus makan disana, gua mendapat kabar bahwa pada tanggal 9 Juni, tempat tersebut sudah dibooking full untuk area khusus (didalam ruangan). Hmm... Gua menyesal sekali. Apalagi setelah menyantap kelezatan ayam goreng Lembur Kuring yang membuat gua ketagihan dan memesannya lagi. -_- Sayangnya, gua juga tidak bisa memesan di tanggal 11 Juni. Karena pada tanggal tersebut, koko dan cici gua tidak bisa hadir. Mereka hanya mempunyai waktu luang di hari sabtu dan minggu dimana tidak ada kuliah yang membebani.
Sewaktu gua kesana, Lembur Kuring dibanjiri pengunjung. Baik tua maupun muda, anak-anak hingga dewasa. Saat itu juga, tempat tersebut bahkan diisi tiga acara sekaligus. Ketiga-tiganya merupakan acara ulangtahun. Satu di tempat khusus, satu di luar ruangan bagian kiri, dan satu lagi di dekat tempat masuk. Melihat itu, gua hanya bisa meratapi. -_- I can't make mine in this place. Hmm...
Gua juga pernah bertanya-tanya ke teman-teman gua. Tempat apa yang direkomendasikan. Sehingga akan mudah bagi gua untuk mencari tempat. Tidak semua tempat gua kunjungi, salah satunya adalah Maxim. Princess pernah mengatakan ia ingin membuat acara disana. Tapi tidak jadi. Cici gua bilang Maxim merupakan tempat yang mahal. Sementara Princess bilang tempat tersebut hanya mampu menampung 50 orang. Gua dan Dad pun pergi kesana untuk observasi.
Kami masuk ke Maxim. Mendapati sebuah resepsionis disana, Dad dan gua pun langsung bertanya. Seperti biasa, mereka menanyakan kembali, "untuk tanggal berapa?" Gua pun menjawab tanggal 9. Seorang wanita yang agak tua dengan rambut di sanggul menanyakan beberapa hal pada kami. Gua menjawabnya dan lalu meminta untuk ditunjukkan tempatnya. Wanita bersanggul itu membawa kami ke area belakang setelah main room dimana semuanya didominasi oleh ruangan. Ia membuka satu room di bagian kiri. Kami pun masuk.
Begitu ia membuka lampunya, gua hanya bisa WOW. Tempat tersebut begitu cantik. Princess sempat mengatakan bahwa lightingnya kurang. But I think it's just normal. They use yellow bulb. That is cuteee. LOL. Gua menyukai lampu-lampunya. Juga tempatnya. Tapi yah, bisa dibilang tempat tersebut sempit tapi panjang. Hanya ada dua meja dalam satu baris dan sekitar lima meja dalam satu kolom. Juga tidak ada panggung. Yang ada hanyalah panggung buatan yang dibuat dengan membatasi lantai keramik untuk membuat space panggung. -_- Kami menanyakan beberapa hal pada wanita bersanggul. Satu pernyataan dari wanita bersanggul itu sempat membuat gua tersenyum. "Boleh didekorasi tapi jangan mengotori atau merusaki. Jadi seperti tidak boleh di paku. Kalau mau dekor pakai solasiban." Kira-kira begitulah katanya. Entah kenapa gua merasa itu lucu. I think it is unspoken rule. So, I think you don't have to say because everyone know it. Ermm, right? Ha ha ha ._.a.
Anyway, setelah puas melihat-lihat kami kembali ke ruangan utama dan duduk di salah satu meja. Wanita bersanggul memberikan kami beberapa kertas berisi paket-paket yang disediakan. Ia pun menjelaskan beberapa diantaranya. Satu hal yang lain membuat gua merasa lucu adalah ketika ia menjelaskan paket tersebut. Menurut gua, wanita bersanggul bukannya menjelaskan but she's practically just dictating. I meant, dia hanya menunjuk satu menu kemudian membacanya. Begitu sampai setersunya. Secara garis besar, dia hanya membaca. Or so what I thought. She was like this: "Jadi untuk sayuran, ada a,b,c,d,e,f juga ada g,h,i,j,k,l. Kalian bisa pilih yang mana. Mau a boleh. Satu menu pilih satu. Nah, lihat, untuk yang ayam ada banyak pilihan. Ada a,b,c,d,e,f atau yang g,h,i,j." I just think it was funny. Hahaha. HA. -_-a Melihat paketnya, gua tercengang. Terkejut. Busyet dah, bener apa kata cici gua. Mahal ciin. =3= Lebih mahal dari Lembur Kuring malah.
Karena merasa lapar, gua dan Dad pun memesan makanan pada wanita bersanggul. Dad memesan nasi ayam (i forgot the name) sementara gua memesan nasi sapi. Sebenarnya gua ingin memakan daging rusa, but they said it's not available. So... begitulah. Wanita bersanggul meninggalkan kami yang ingin segera makan. ._.a
Beberapa lama kemudian, makanan pun datang.
. . .
I was definitely asked Black Pepper Beef Rice. But they gave me Black Pepper Beef. Satu porsi penuh daging sapi. =00=? Lo kata gua bisa makan sebanyak ini? adalah pertanyaan yang gua pikirkan pertama kali. Wanita bersanggul melihat makanan yang disajikan dan segera mengomeli pelayannya yang salah mengambil data. Akhirnya ia pun menghampiri kami dan meminta maaf. Gua pikir mereka akan segera mengganti makanan tersebut. Tapi ternyata... (gua udah agak lupa). Wanita bersanggul itu bertanya, "Mau tambah nasi aja, atau ganti?" Lalu ia menawarkan, "Tambah nasi aja loh. Jadi sebagiannya Dadya yang makan." Shouldn't they just changed it? Um... -_-a In the end, kami memilih menambah nasi. Setengahnya untuk cici gua yang waktu itu minta dibelikan makanan, dan setengahnya lagi untuk gua. =____________= Dad memakan nasinya, tapi dia tidak terlalu merasa puas. Karena nasi yang dipesannya terdapat ayam, beserta kulitnya. Dad bilang dia tidak boleh memakan kulit ayam, dia juga tidak suka dengan sayurannya yang agak keras. Sehingga Dad tidak memakan habis makanannya. Berbandin terbalik dengan gua yang menyantap makanan gua dengan lahap. Gua malah merasa kurang. Yah, begitulah. Gua cukup suka sapi, apalagi sapi lada hitam. Itu mengingatkan gua akan satu makanan favorit gua, daging rusa lada hitam, yang hanya pernah sekali gua makan dan meninggalkan bekas yang mendalam. #ceileh :9
Setelah siap makan, kami kembali berbicara masalah tempat dan paket. Jujur saja, gua merasa harganya cukup mahal. Apalagi jika dibandingkan dengan Lembur Kuring. Menurut gua, makanan di Lembur Kuring lebih enak. Sementara tempat di Maxim lebih cantik. But, jika dilihat secara menyeluruh, Lembur Kuring lebih oke. ._.v
Melihat-lihat menu-menu yang ada, Dad pun bertanya apakah bisa mengurangi menunya. Dad mengatakan bahwa anak muda jarang makan sayur, jadi lebih baik dikeluarkan. Juga tentunya untuk mengurangi harga yang mahal itu. Pertama-tama wanita bersanggul itu menjawab harga sekian. Tapi kemudian, setelah berbicara agak lama dan bertele-tele kemudian, wanita bersanggul mematok harga yang sedikit lebih mahal dari sebelumnya. -_-^ HUH.
Gua hanya bisa berkata pada Dad, apakah Dad mengizinkan membuat acara di Maxim. Toh, uangnya bukan gua yang keluarkan melainkan dia. Jadi, actually, it was his right to choose. Speaking of his right, he was actually choosing Party Garden or Lembur Kuring, but I rejected that (except for lembur kuring) /(.-------------.)\ Sebaliknya, Dad malah bertanya kembali ke gua. Apakah gua mau membuat acara disana. Mau mau aja sihhhh ( ื▿ ืʃƪ). Tapi mahal bok. -_-
Asian Delight 3 menjadi satu-satunya tempat yang membuat gua merasa blank. Restoran itu pernah membuat gua yang masih kecil, imut, lugu, dan unyu merasa amazed sekaligus menyukai daging rusa. :b Bisa dibilang, gua benar-benar menyukai tempat itu. I did. But now, pandangan gua berubah.
Begitu memarkirkan mobil, gua entah kenapa merasa aura berbeda. Jam menunjukkan angka 9. Hanya ada beberapa mobil yang parkir disana. Kalau adegan super dramatisnya sih, gua keluar dari mobil dan langsung diterpa angin sepoi-sepoi yang entah datang dari dimensi mana. Kemudian sebongkah kertas dan daun-daun berterbangan ke kanan. Hanya ada satu bangunan di depan gua, di hamparan wilayah yang gelap itu. Gua pun masuk ke bangunan itu. Yah, kira-kira imajinasinya seperti itulah. Ha ha ha. ._.a
Aura yang tidak biasa tetap ada sewaktu gua masuk ke restoran itu. Gua sempat berpikir bahwa tempat tersebut akan segera tutup. (bukan tutup dalam arti bangkrut yah, tapi tutup dalam arti "sudah waktunya tutup tempat". errrr... whatever laaa -_-^) Kenapa gua sampai bisa berkata demikian?
Karena meja-meja bundar yang tersebar di sekeliling tempat tersebut tidak dibungkus dengan kain. Bahan kayunya terekspos menunjukkan seberapa tuanya kayu tersebut. -_- Meja tersebut bukan seperti meja kayu yang baru dipoles. Bahkan tampak seperti meja kayu yang terlalu sering digosok sehingga kehilangan warnanya yang berkilau. ._.a
Hanya ada satu meja yang diisi pengunjung di lantai satu restoran itu. Sementara yang lainnya diisi oleh 'pemilik' restoran. I am not sure if she is the owner, but she looked like one. So, gua dan Dad mengatakan ingin memesan tempat tersebut. Seorang wanita menghampiri kami sambil membawa berkas-berkas. Kami pun duduk sementara di meja yang ditempati 'pemilik' restoran. Setelah beberapa lama melihat-lihat menu yang seluruhnya makanan Chinese, kami pun memutuskan untuk melihat terlebih dahulu.
Wanita berseragam merah tersebut memandu kami ke lantai 2. Ada beberapa orang yang bertengger di tempat tersebut. Wanita itu berkata bahwa jika ingin memesan lantai 2, maka tamu lain pun bisa masuk. Sehingga acara tersebut bisa saja berbaur antara tamu yang diundang dengan tamu yang tak diundang. -_- Karena itu, wanita tersebut menggiring kami ke lantai 3.
Gua semakin kurang menyukai Asian Delight ketika kami melewati tangga menuju lantai 3. Ada seekor mayat kecoak disana. IIIUUUUUUWWWW. UEK. -_- Menjijikkan. Tempat tersebut rasanya tidak pernah dibersihkan untuk waktu yang cukup lama. =00=; Sesampainya di lantai 3, wanita tersebut memanggil rekannya untuk membawakan kunci pintu. Setelah dibuka... EHEK. Aroma yang aneh memenuhi sekeliling ruangan. -_- Wangi yang kurang sedap itu makin bertambah kacau saat Dad menyalakan rokoknya. t(=00=. Ruangan di lantai 3 terlihat sangat besar, bahkan terlalu besar untuk diisi 100 orang. Gua berjalan-jalan di sekitar ruangan tersebut, beberapa lama sampai akhirnya gua berhenti di dekat Dad dan wanita itu. Mereka berbincang-bincang sejenak. Kami pun turun kembali ke lantai 1.
Sampai di lantai 1, gua dan Dad duduk di salah satu meja. Karena terlalu malam, kami tidak memesan makanan. =3=; Wanita tersebut pun duduk di meja kami sambil berbasa-basi. Gua memutuskan untuk tidak menyewa tempat itu. Jadi akhirnya kami menyampaikan salam dan 'segera kabur'. -_-
Keluar dari tempat tersebut, gua pun segera masuk ke mobil. Gua melihat keluar jendela dan... owmygod, rasanya benar-benar seperti apa yang tadi gua imajinasikan. Di depan restoran tersebut terdapat beberapa sampah tisu. Juga tidak ada mobil yang parkir disana. ._____. Dad membayar uang parkir kemudian pergi melesat.
Padahal... Padahal... Gua tidak pernah menyangka Asian Delight 3 berubah seperti 'itu'. Entah apa perasaan gua benar, gua merasa tempat tersebut sudah terlalu 'lama'. Hmmmm...
KOKI SUNDA was not the last one I visited, but. . . in the end, it is the one I chose.
Gua mengunjungi Koki Sunda bersama cici dan Dad. Kami memilih tempat duduk di dekat tempat pengambilan lalapan di area smoker. Yah, kami memutuskan untuk mengisi perut dulu baru melihat tempat. Udah lapar ciin. Dad mengambil lalapannya sendiri sementara gua dan cici gua memesan makanan. Lebih tepatnya gua yang memesan makanan karena tiba-tiba cici gua sakit perut dan pergi ke kamar mandi. -_- Gua pun memesan makanan ala kadarnya, I can't choose. Setelah mendapat persetujuan dari cici gan Dad, gua pun memencet bel dan memberikan menu ke pelayan.
Salah satu hal yang membuat Koki Sunda beda dari yang lain adalah adanya bel. Bel tersebut berguna untuk memanggil pelayan. Jadi kita gak perlu repot-repot angkat ketiak atau/dan berteriak, "mas mas. mba mba" It is a genius thing, thinking that I am super lazy calling people. -_-b
There're not many people filling the restaurant, but we gotta wait a little time calling the waiter. -_- -_- -_-
Setelah siap makan (tidak makan habis karena rakus memesan nasi tambah tapi tidak sanggup makan lagi), kami pun memanggil waiter untuk melihat tempat. Setelah beberapa lama, kami digiring ke lantai dua. Pandangan pertama #seeh gua terhadap tempat itu adalah terlalu sempit dan rendah. #halah Gua merasa tempat itu kecil. Seorang cewek memberi kami brosur harga. Kami pun menanyakan fasilitas yang ada. Setelah dipikir-pikir, harganya cukup oke. Makanannya juga cukup oke. Tempatnya saja yang cukup kecil. ._________________.a
Kami pulang setelah siap mengobservasi. Cici gua segera merekomendasikan untuk membuat acara di Koki Sunda. Tapi, gua masih belum yakin pada awalnya. Menurut gua, tempatnya terlalu kecil. Kami pun pulang tanpa keputusan.
Beberapa hari kemudian, Dad menanyakan harga Koki Sunda dan Maxim. Hanya sisa kedua restoran tersebut yang masih layak dipertimbangkan.
Dad pun memutuskan untuk memilih Koki Sunda.
And my journey finding place is over. :b
Bonus review (lol):
Karena gua sering pergi ke Koki Sunda untuk membahas acara, gua juga sering makan disana. Salah satu makanan yang gua suka adalah nasi goreng merapi. Pedas. :b Ada juga makanan yang tidak terlalu gua suka yaitu ikan goreng seribu rasa (if i am not mistaken), ikannya tidak terlalu fresh dan rasanya... hmmm... ikan disiram bumbu yang berisi stroberi dan buah-buahan lainnya. Lumayan sih, tapi... aneh aja. .___.a
1 comments
Boleh tanya? Kemarin k party garden.. harga paket ny perorg brp y ? Hrgany tu uda trmsuk sewa tmpt?
BalasHapusKlo blh tny juga.. hrga ny tu.. brrti setiap pngunjung bebas plh menu yg trdpt di plhn pket?