Blow
Pikiran gua kosong.
Gua berharap itu kosong.
Gua pikir itu kosong.
Gua rasa pikiran gua sama sekali tidak kosong.
Gua merasa itu hanyalah gua dan diri gua yang tidak bisa memikirkan jalan keluar.
Mungkin gua kehilangan arah. Mungkin gua dibutakan oleh awan kelabu. Mungkin gua di kelilingi oleh imaginasi mengerikan. Mungkin gua tersesat.
Gua berjuang sendiri di medan tempur. Ada orang yang melindungi gua dari belakang. Ada orang yang memberi semangat. Ada orang yang hanya melihat gerak-gerak payah gua. Ada juga yang bahkan tidak peduli keberadaan gua. Dan ada yang orang yang tidak menganggap gua ada. Semua orang itu berada di luar medan tempur gua, geli. Beberapa merasa jengkel, beberapa bingung. Well, sekarang gua messed up. Gua merasa benar-benar bersalah akibat kurangnya benih harapan, keinginan, dan kegigihan dalam diri gua.
Apa yang dapat gua perbuat?
Bagaimana gua bisa membendung bila tak ada bahu yang dapat gua pakai?
Bagaimana gua bisa bangkit ketika semua orang hanyalah berpura-pura peduli ketika mereka tidak?
Bagaimana gua bisa hidup bila gua sendiri membenci diri gua yang menyedihkan?
Gimana gua bisa?
Gua benci ketika orang meremehkan gua. Gua benci ketika orang meninggalkan gua. Gua benci ketika orang menyingkirkan gua dari lingkaran. Gua benci ketika orang mencibir gua. Gua benci ketika semuanya berjalan di luar keinginan gua.
Dan gua lebih benci lagi karena gua gak berdaya.
Gua perlu pemicu, pendorong agar gua bisa melihat sesuatu dalam sudut pandang yang lain. Gua berharap hal negatif dapat berubah menjadi hal positif.
Namun sebanyak apapun gua berharap, sebanyak pedih yang gua dapat.
Ketika gua berharap sesuatu akan berjalan seperti ini, sesuatu akan berjalan seperti itu.
Ketika gua berpikir sesuatu akan berjalan seperti ini, sesuatu berjalan seperti itu.
Ketika gua ingin sesuatu menjadi seperti ini, sesuatu menjadi seperti itu.
Ketika gua membenci seseorang, gua menyukai seseorang.
Gua gak tahu kenapa, tapi semuanya semacam berjalan terbalik. Mereka gak pernah...
Semakin banyak gua nulis hal ini, semakin aneh, gila, dan iba gua menjadi.
Kemana perginya gadis yang berpikir dialah segalanya?
Ketika gua melihat seseorang tersenyum lebar, gua menjadi paranoid. Gua merasa dalam senyuman lebar itu pasti ada kesedihan mendalam. Gua merasa mereka terpaksa tertawa agar terlihat tegar di mata orang lain. Gua merasa iba. Gua merasa kasihan. Padahal, melihat mereka tersenyum berasa seperti bercermin. Gua melihat gua sendiri yang berusaha tertawa lebar, tertawa sampai mata tinggal segaris. Gua mengasihani diri gua sendiri.
Hal yang sebenarnya bisa di atasi dengan mudah harus diubah menjadi permasalahan yang panjang dan melelahkan bagi gua. Karena gua memikirkan masalah itu terus menerus, berputar tanpa jadwal di pikiran gua. Ketika masalah itu larut, masalah baru muncul dan masalah yang lama kembali tersirat, samar-samar terbayang kembali. Lalu gua akan menyesal, sedih, merasa tolol, dan beribu emosi lain yang terbagi secara bersamaan.
Gua gak tahu apa yang salah.
Mungkin diri gua sedang tidak stabil dengan semua permasalahan yang terjadi di sekeliling gua. Emosi gua ugal-ugalan. Otak gua jungkir balik. Gua bahkan pernah merasa kalau gua itu merupakan orang yang lain, semacam mempunyai double personality. Ketika lu melihat semua tulisan gua di blog, lu mungkin merasa ada yang tidak beres dengan anak satu ini. Ketakutan yang berlebihan, kecemasan yang berlebihan, kekurangperhatian yang berlebihan, kesedihan yang berlebihan. Gua sendiri gak tahu lagi. Entah ini semua hanyalah gua sendiri yang mengasihani diri gua sendiri.
0 comments