For All Your Bullshit

Senin, Mei 19, 2014

Sekarang gua ngerti,
gimana perasaan kalian yang sering di PHP in.

Gua ngerti
#PrayForPHPers

Setelah perasaan ini dilambungkan tinggi, disuntik harapan, dan diberi iming-iming, rasanya memang indah tak perlu risau. Tapi kemudian, perasaan high itu di jatuhkan, diluluhlantakan, dan dimatikan. Itu capek namanya. Masih mending roller coaster naik turun ada sensasi dan getaran kupu-kupunya. Perasaan yang di PHP in? Cuma capek. Capek digituin mulu. Capek di kasih free trial.

Sewaktu ke Jakarta, gue dikasih harapan untuk kuliah di Kwik Kian Gie. Kata orang, ini merupakan universitas yang cukup baik. Gua setuju setuju aja. Gua pun pergi ke Jakarta berharap bisa kuliah disana. Tapi ternyata, kuliah disana tidak memungkinkan seseorang untuk belajar sambil bekerja. Karena tujuan utama gua ke Jakarta adalah untuk bekerja. Gua gak mungkin lagi kuliah di tempat itu. Gua galau.

Gua sadar diri bahwa gua tidak bisa memilih jurusan design karena DKV (salah satu nama jurusan yang gua inginkan) mahal. Gua pun pasrah memilih jurusan management yang merupakan jurusan paling merakyat. Ketika gua di tanya, mau memilih jurusan yang mana, gua akan menjawab management.

Lalu atasan bertanya ke gua, "kamu mau management atau design?" Tentu gua menjawab management. Atasan gua mengetahui bahwa gua juga suka design sehingga ia bertanya seperti itu. Bahkan ia menanyakan hal itu berulang kali.

Keesokan paginya, gua dan keluarga dekat gua jalan-jalan. Lalu orang lain bertanya ke gua, "Kamu beneran mau management?" Gua gak bisa jawab. Apa coba yang harus gua jawab?

Kerabat dekat gua yang malah membantu gua, "Dia sih sukanya design. Cuman milih management."

Orang lain tersebut mengatai gua, "Kamu kalau sukanya design kenapa milih management?? Nanti setelah kamu milih management, kamu gak suka, kamu salahin kita lagi..."

Belum lama setelah orang lain tersebut mengatai gua, orang lain yang lain juga mengikuti, "Kamu kalau suka design, bilang dong kamu suka design! Kenapa jawabnya management??"

Gua diam sejenak. Gua mikir, "Gak mungkin kan gua menjawab atasan gua dengan, 'Aku sih sukanya design, tapi karena gak punya uang, aku pilih management." Emangnya atasan gua bakalan berbaik hati menjawab, "Benarkah? Ternyata kamu suka design tapi kurang biaya? Tenang saja, nak. Saya akan membantu kamu. Kamu tenang saja..."  CIH. Bahkan walau atasan gua merupakan keluarga dekat gua sendiri, mereka juga akan memikir beribu kali untuk menyumbangkan uangnya menguliahi anak dekil seperti gua. Emang ini drama korea? Gak mungkin gua phak kode ke atasan gua kalau gua kere alias gak ada duit.

Namun sekacau balaunya otak gua saat itu, gua cuman bisa diam. Meratap ke luar. Karena gua tahu, saat itu gua gak punya pilihan. Lebih baik gua diam, kan?

Kerabat dekat gua membantu gua jawab lagi, "Dia milih design. Tapi karena design mahal. Dia pilih management."

Terus orang lain tersebut mengatai gua lagi, "Kamu itu harus memilih jurusan yang kamu sukai. Nanti setengah jalan malah putus karena gak suka, gimana?"

Lagi-lagi gua diam. Kerabat dekat gua gak mau membantu gua menjawab pertanyaan lagi karena dia sendiri pun sudah capek. Gua juga sudah capek.

"Kalau misalnya gua bisa ambil design, yaudah gua ambil design.", kata gua.

Terus orang lain tersebut ngatain gua lagi, "Nah kan, tadi mau management sekarang mau design. Kamu maunya apa?"

(Setelah gua mengulang kejadian itu lagi, gua tahu kalau) GUA MAUNYA DESIGN TAPI GAK SANGGUP, LU MAUNYA APA?!!!

Dalam satu mobil itu, aura sekitar menjadi sangat tidak enak. Gua CHAKKU, tahu gak sih. CHAKKU! Satu mobil itu juga chakku. Gua marah, mereka juga marah.

Kemudian beberapa hari lewat, dan orang lain tersebut ngatain gua lagi, "Ini loh, anaknya aling gak seperti anak kamu yang sudah mantep. Anak kamu sudah tahu dia mau kuliah dimana. Sudah pasti. Ini anak aling masih linglung belum tahu mau ambil apa. Sebentar mau kuliah, sebentar mau kerja. Sebentar mau management, sebentar mau design."

Gua cuma bisa diam dan mencerna perkataannya dengan pahit. Sedikit tersenyum dan mengangguk setuju padahal jujur saja gua ingin sekali mengangkat kaki pergi dari dia, pergi dari Jakarta, balik lagi ke Medan. Gua gak pernah nyangka, ini begitu berat. Hati gua belum sanggup di obrak-abrik.

Gua milih management juga bukan karena kemauan gua. Tentu aja gua bingung. Kalau gua punya pilihan, gua juga gak akan serunyam ini. Tapi apa? Gua gak punya pilihan.


Kemudian setelah beberapa lama mencari tempat perkuliahan lain, gua menemukan Universitas Bunda Mulia. Universitas ini memang tergolong biasa-biasa aja. UBM terletak di Jakarta Utara, satu daerah dengan lokasi kerja dan tempat tinggal gua. Pada saat itu, hanya UBM satu-satunya universitas di dareah Jakut yang dapat kami cari. Gua pun terus menerus menelepon mereka. Gua terus bertanya, semakin bertanya semakin merasa 'gua pasti masuk UBM nih.' Namun, karena gua harus kuliah sambil bekerja, gua cuma bisa mengambil kuliah malam. Sementara, kuliah malam disana sampai jam 9. Siapa yang bisa antar gua jam 9 malam? Terlebih lagi, tempat kuliah itu masih sangat jauh dari lokasi tempat tinggal gua. Dengan perhitungan menggunakan ojek, bus segala macam, LAGI-LAGI gua di TOLAK. Padahal gua sudah kepochiang banget menanyakan beragam hal tentang UBM. Gua sudah diberi harapan untuk dapat kuliah di tempat yang salah satu muridnya gua kenal. TAPI APA? Gua di PHP in LAGI.

Dengan patah semangat, gua menjalani hari-hari gua. Gua berusaha untuk tidak memikirkan itu lagi. 

Beberapa lama kemudian, atasan gua membuka sebuah buku dan menemukan sebuah kuliah yang terletak di Jakarta Utara, sangat dekat dengan tempat tinggal gua dibanding dengan UBM. Wajah gua berbinar-binar. Dalam brosur tersebut, kuliah GSFAME menawarkan program kuliah internasional. Gua tertarik dengan jurusan Human Resource Management. Gua pun mencari lebih dalam tentang jurusan itu. Harapan gua kembali di naikkan. NAMUN...

Kuliah internasional tidak bisa gua ambil karena jadwal perkuliahan dari pagi sampai sore. Gua gak bisa kerja dengan jadwal kuliah seperti itu. Pada akhirnya, harapan gua pupus lagi.

Kuliah yang dapat gua ambil di GSFAME atau Institut Bisnis Nusantara paling hanyalah kuliah bisnis eksekutif/karyawan. Dimana kuliah tersebut hanya ada pada hari Sabtu, cocok untuk mahasiswa yang ingin bekerja sambil kuliah seperti gua. 

Tapi...

gua sedih. 

Untuk apa gua jauh-jauh ke Jakarta, di ombang-ambing kan kesana kesini. Tapi pada akhirnya, gua harus kuliah di tempat seperti itu. Gua gak bisa bayangin betapa huana-nya gua gara-gara kuliah disana. Gua gak mau bayangin. Lebih baik gua pulang ke Medan dan kuliah di UPH, gua punya teman, gua gak perlu kerja, gua punya tempat tinggal, gua punya bus yang bisa mengantar gua. Ngapain gua ke Jakarta cuma buat di obrak abrik kesana-sini?

dan yang paling bikin nyesek,

WHAT THE FUCK WITH ALL THOSE BULLSHIT, HUH?? WHAT THE FUCK??!!

Kalau kamu suka design, kenapa kamu pilih management??
Kamu itu chua lang lo, uda bilang mau kerja terus sekarang cuma mau kuliah??

Gak apa-apa kamu gak masuk Kwik Kian Gie. Kamu bisa masuk UBM.
Kamu sepertinya bisa masuk kuliah internasional yang di GSFAME nih. Kan keren tuh!

WHAT BULLSHIT THEY ARE!

HUH, NOW TELL ME, WHY IS IT SO WRONG IF I SAID I WANT TO TAKE MANAGEMENT?

ALL THAT BULLSHIT GOES AROUND AND AROUND, BUT IN THE END, THE ONLY OPTION LEFT TO ME IS STILL MANAGEMENT. 

Kenapa gua harus di PHP in sebegini dalam kalau ujung-ujungnya pilihan yang tersisa bagi gua tetap management? Ada apa dengan, "Kalau kamu suka design, kenapa ambil management??" Karena INI, aci! Karena ini! Karena setelah keliling-keliling jungkir balik nanya sana nanya sini pun, gua cuma bisa ngambil management. Karena itu!

GUA CAPEK!

Gua tuh udah seperti daun ubi tumbuk yang dikunyah terus dimuntahin lagi terus dimakan babi tahu gak sih.

GUA CAPEK!


// edited 25 May

I have no words to say. I am speechless. I am totally lost.
I wanna asked, "Why is this happening?"
But I know no one will answer.

Setelah gua pasrah untuk mengambil IBN, sekarang malah gua gak bisa mengambil IBN. Karena lokasi kampusnya yang dekat dengan lokasi gua tidak di operasikan untuk jurusan nasional melainkan internasional. Dengan alasan seperti itulah, rencana gua mengambil IBN pupus sudah.

Padahal gua sudah rela mengambil jurusan ilmu komunikasi ataupun manajemen pemasaran di kuliah tersebut. Tapi apa yang terjadi? Gua malah gak bisa mengambil kuliah itu.

Gua diam.

Bahkan gua gak bisa bersikap pasrah.

Jadi sebenarnya, gua harus ngapain? Apa jalan yang harus gua ambil? Gua bingung.

Haruskah gua kembali lagi ke Medan? Padahal gua sudah memberitahu semua teman gua bahwa gua akan kuliah di Jakarta. Gua bahkan sudah memikirkan gua dan sepupu gua jalan bersama di Jakarta.

Kalau gua tetap di Jakarta, bagaimana dengan teman gua di Medan? Haruskah gua menyampaikan salam perpisahan ketika pulang untuk sidik jari?

Dengan segala cingkonet yang terjadi selama gua berada di lingkungan yang baru ini, apa yang nantinya akan terjadi dalam diri gua?



AKU RAPOPO...


  • Share:

You Might Also Like

4 comments

  1. Dikantor baru lu gimana?

    Betah akhirnya menjalani masa ditempat kerja baru?

    Emangnya dikantor lu ga ada cowok yang keren apa? Wa Kepochiang aja sih hahaha

    BalasHapus
  2. tu org kok ane cll. minta di timpuk karung beras 25kg kali ya.. wkwkwk

    BalasHapus
  3. Mau kerja sambil kuliah kok dijakarta sih. Emang sistem jakarta uda gitu. Gak kauak medan yang bisa kuliah sambil kerja :|

    BalasHapus