Jikalau lu bertemu dengan gua, apakah yang ada di pikiran lu?
Apakah gua terkesan seperti bocah, gadis cantik, anak ingusan?
Ketika lu melihat gua, apakah lu berpikir bahwa gua jutek, sombong, biatch, atau lugu dan imut?
//
Ketika gua membuka dompet, gua mendapati sebuah kartu berwarna emas berlogo SUTOMO. Itu adalah kartu pelajar SMA. Setiap kali gua melihat foto yang terpampang disitu, gua serasa ingin tertawa ngakak atau meringis geli. Siapa sangka kalau foto yang ada disitu merupakan seorang ‘gua’ dengan rambut tebal berawutan seperti singa, ditambah lagi dengan ekspresi wajah yang seperti mau nahan hasrat. (Apapulak kau?) Beuhhh... Boro-boro imut, jeleknya udah gak ketolong lagi.
Melihat foto itu gua gak kebayang seberapa jeleknya gua sewaktu masih sekolah. Tinggi seperti tiang, depan belakang papan cucian, rambut berantakan, pantas masih aja jomblo. *double kill, triple kill, moooonster kill*
Pernah gua mengira-ngira apakah gua terlalu gak peka sewaktu sekolah karena tidak ada cowok yang pdkt sama gua. Tapi setelah gua pikir-pikir, ternyata gua menyadari bahwa . . . penampilan gua membuat orang down.
Have you ever have a crush on me? Lol.
Tumbuh dengan tanpa pengalaman akan ‘cinta’, dan ‘pacaran’. Gua sempat merasa tersindir di kampus. Ketika gua dan teman-teman kampus nongkrong bareng di belakang kampus sembari makan siomay, kami bercerita tentang pacar masing-masing. Dora menceritakan pacar barunya yang merupakan seorang chef. Bagaimana pacarnya yang dulu merupakan seorang pembalap bandel namun sekarang tobat menjadi koki masak di sebuah hotel. Lalu Ely yang sudah mau mendekati anniversary-nya yang ke enam. Mereka pun membicarakan mantan mereka masing-masing. Ketika sampai giliran gua untuk bercerita, gua diam. Gua gak punya sesuatu untuk dibicarakan karena... gua gak punya mantan! Oh god. Teman-teman gua geleng-geleng kepala, berpikir bahwa gua bercanda.
“Alah, gak mungkin lu gak punya mantan. Cewek secantik lu pasti mantannya bejibun.”
“Makanya... pasti ada lah satu dua.”
Gua hanya melihat mereka, setengah tersenyum, setengah nyesek.
Menyadari bahwa gua gak menjawab apa-apa, mereka sontak, “Beneran gak punya? Gilaa...”
Lalu ...
“Elu sih, kalo chat jutek.”
Gua terdiam sejenak. Jutek??
Emang gua jutek??
Padahal gua mengira bahwa gua lebih pandai berkomunikasi di chat daripada in real person. Tapi mereka mengomentari hal yang lain. Gua pun heran. Apa yang terlalu kaku dari gua? Wkwkwkw sudah dipakai. Lol sudah dipakai. Wahhaa sudah dipakai. Tapi itu masih dianggap jutek. Hmmmm...
Am I too straightforward?
Gua pernah nongkrong bareng bersama teman cici gua, Madaria. Katanya Madaria bisa ‘melihat’. Ketika dalam satu mobil, ada gua, Madaria, pacar Madaria, cici gua, dan pacar cici gua, Madaria membacakan penglihatan pacar cici gua. Ia mengatakan bahwa pacar cici gua, Gician perlu membedakan waktu yang tepat antara bersama teman dan bersama pacar. Ia juga memberikan sejumlah pernyataan dan pertanyaan bersangkutan kisah asmara mereka berdua. Setelah melihat Gician, Madaria kemudian ‘melihat’ gua.
Apakah kau tau apa yang ia katakan?
“Kamu itu terlalu fokus belajar. . .”
Seketika itu juga gua #jlebjleb. ‘Gua fokus belajar’?? Males belajar mungkin deh. . .
“Iya kalau kamu mau fokus belajar sih gak masalah. Tapi jangan setiap saat kamu belajar terus. Pas SMA pasti banyak cowok yang deketin yah?”
Gua melihat Madaria tak percaya. Apakah dia sedang bercanda? Apakah dia benar-benar bisa melihat prophecy seseorang? Sepertinya dia salah melakukan jampi-jampi deh.
Madaria pun melanjutkan, “Nanti suatu saat kamu akan dihadapkan pada tiga orang cowok. Aku gak tahu kapan, tapi suatu saat nanti pasti ada: dua orang Jakarta dan seorang lagi Medan. Aku Cuma mau kasih tahu kalau kamu harus pintar memilih yang benar. Aku saranin kamu memilih cowok Medan, ya itu sih Cuma saran ya. Sebenarnya gak masalah sih cowok Jakarta asal kamu sabar aja ngeladeni mereka. Ya tahu sendiri Jakarta gimana.”
#JlebJleb
Mendengar perkataannya yang agak aneh, gua tidak terlalu memikirkannya lagi. Biarlah masuk kiri keluar kanan. Serasanya ramalannya tidak benar-benar benar.
*Swiussh swiusssh*
Berbulan-bulan berlalu hingga tiba saatnya gua kejedot pintu. #eh
Hadirlah tiga orang cowok secara bersamaan, gua merasa 'Hadeuh, ada apa gerangankah ini?'
Gua mulai mengira-ngira apakah mereka yang dibicarakan oleh Madaria. Gua merinding. Tak dapat dipungkiri lagi, yang ada di otak gua hanya ‘Medan. Medan. Medan.’ Gua memang mudah percaya dengan hal-hal berbau ramalan, apalagi ketika ramalan Madaria serasa benar. Beuhhh gua langsung seribu satu pikiran dan probabilitas.
Is this really happening?
Tetapi setelah gua bercerita tentang tiga manusia tersebut ke koko gua (dan cici gua dan beberapa teman gua yang lain), gua menjadi ragu kembali. Sepertinya mereka bukan tiga kurcaci yang disebutkan. Karena...Satu terdengar seperti jerk sampah. Satu terdengar seperti maniak. Satu gak kedengeran apa-apa, alias menghilang gitu aja. Beuhhhh...
Gua bingung. Apaan sih, gituh.
Disitu terkadang saya merasa sedih. Aku tuh gak bisa diginiin. . .
Lol.
Udah ah.
Nyesek.
(jangan bilang ada yang comment #jomblongenes ya... Nyesek, jirr. LoL.)
0 comments