Chapter 4
If one day someone came to you and said that he hates you, what will you do? Do you hate him too? Do you hide yourself from him? Do you try to make him to not hate you? Do you just remain silent and pretending that he never ever exist in your life?
One day, someone came to me. I knew him for about one or maybe two years? I knew him that long to know that I like him. But one day, he came like wind and said that he hates me. And that he didn’t want to see my face again. After he left, I could felt rain in my heart, earthquake in my head, and stiffness in all part of my body. I was captivated in my sorrowness and closed my heart ever after.
But. Fate or whatsoever seem like it is playing with me. That person who onces hate me, return to my life again like wind. The first time I met him again, I could tell from his eyes. But I doubt it until I came to his workplace.
Ha ha ha… Who knows that he will come and go in my life like this? Who knows… God knows.
**
Setelah menumpahkan sebagian kisah gua ke Juli, dia memaksa gua untuk serius melakukan diet. Tentu saja gua menolak. Tapi, dia tetap bersikeras dan bahkan langsung menelepon Mom gua di tempat. Mom yang oh-sangat menyetujui acara diet-dietan gua segera menyerahkan anaknya ke orang lain. Oh, MOM!!
Sekarang Juli sedang berada di kamar gua. Dia mengeluarkan Samsung-nya beserta dengan magic-pen dan mulai mencatat sesuatu. “Baju, check. Celana, check. Bath-stuff, check.” Juli berhenti sejenak. “Apalagi?”
“Lu pikir gua mampu? Lu pikir gua bisa melepas kebiasaan gua selama beberapa tahun terakhir cuma untuk ini?” Gua berdiri dari tempat tidur dan menatap Juli yang masih focus dengan Samsung-nya.
Sebelum Juli sempat menjawab pertanyaan gua, pintu kamar terbuka. Mom masuk sambil membawa dua gelas jus markisa. Mom meletakkannya di meja.
“Juli! I am so grateful that Candy has a friend like you!” Mom pun memeluk Juli.
“Oh, sungguh sebuah honor bagi saya, Nyonya Lucy.” Dan mulailah formal-talking-mode si Juli. Juli selalu berkata seperti itu kepada orang yang lebih tua, termasuk orangtuanya sendiri. Mungkin ada sesuatu yang salah dengan Juli…
Setelah Mom memeluk Juli dengan penuh semangat, ia pun keluar dari kamar dan meninggalkan Juli dan gua berduaan lagi di kamar. Jadi…
Gua akan tinggal di rumah Juli selama enam bulan untuk mengunjungi neraka… TT__TT
Juli dan Mom sudah membuat rencana untuk mengempeskan diri saya. Saya akan dipaksa berolahraga, dilarang makan sembarang, dan dikurung di neraka itu selama seratus delapan hari atau lebih. Pembaca, jika Anda bisa membantu saya, keluarkan saya sekarang juga dari sini…. Puh-leeeaasseee…! -_-
Setelah siap dengan segala perlengkapan sederhana diri gua yakni baju and stuff, Juli menyeret gua balik ke Mall. Juli bilang dia akan merenovasi style gua. -____- Dan disinilah kami berada sekarang. Juli membawa gua mengunjungi taman safari yang terdiri dari supermarket, Vana Beauty Store, butik, dan yang terakhir salon!
Oh, Juli. :) :) Gua gak begitu suka dengan kunjungan ke outlet taman safari yang sudah-sudah, tapi kalau ke salon ,sih, gua setuju banget.
Ketika sampai di Salon bernama Christoper yang berisi hanya cewek di dalamnya, gua dan Juli segera mengambil kursi di tempat paling ujung. Juli meminta mereka untuk mempermak tatanan rambut gua yang itu-itu-aja. Seorang cewek yang matanya menyerupai kecoak membagi rambut gua menjadi beberapa layer. Kemudian dia menyiapkan guntingnya dan menyemprotkan air ke rambut gua. Dia pun mulai menggunting rambut gua helai demi helai, layer demi layer, hingga—
OMONA! Gua melihat bayangan gua di cermin. Gua tampak seperti Cinderella yang siap untuk berdansa dengan pangerannya yang kemudian menghilang dan meninggalkan sepatunya yang berukuran super luar biasa besar. -_- Tidak, gua tidak tampak seperti Cinderella atau Aurora atau Ariel, panjang rambut gua hampir sepanjang rambutnya putri di Snow White.
Sejujurnya, rambut gua tidak tampak jelek. Justru rambut gua terlihat lebih gimana-gitu, sesuatu kata Syahrini. Tapi karena wajah gua yang masih chubby-chubby itu, bentuk kepala gua mendekati bentuk buah jeruk. -.,-
“HAHHAHAHAH!” Yeah, Juli sangat menikmati kepala gua yang baru ini sehingga ia tertawa sampai matanya mengeluarkan cairan bening. AISH…
Si Mba dengan mascara norak menyerupai keceoak yang menggunting rambut gua menahan tawanya yang ingin segera membludak. Mba yang bernama Leny itu segera kabur dari lokasi. Juli masih tertawa saat gua memukul perutnya.
“Oh! Sorry… sorry! Gua janji ketika lu kurus nanti rambut lu bakal jadi cocok, deh!” seru Juli, masih menahan tawa.
“Eaya… -_- Lu nih yang buat rambut gua jadi kek gini. Tanggung jawab kek!”
“Okeeeee! Gua tanggung jawab! Okeee!” Juli berhenti tertawa sambil menunjukkan dua buah jari tangannya. “Mba, creambath yah!”
**
UEEEHHH!!! HUKKK! AAAHHH!!!!
Akhirnya... Kasur empuk menyapa badan gua...
Setelah sekian lamaa berkenala di kebun binatang, Juli dan gua pun pulang ke neraka. Tapi tidak seperti citra neraka yang berwarna merah berkobar api membahana, gua menemui sebuah mansion putih dengan furniture putih, dinding putih, atap putih, dan segalanya putih. Sesuatu gitu.. -_-
Juli memberikan gua tur singkat dirumahnya yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah ada dapur, tempat makan, kulkas, gudang, kamar mandi, ruang tamu, dan master bedroom. Sementara di lantai atas ada pavilion, dua kamar tidur, kamar mandi, dan ruang istirahat. Dan ultimately, semuanya putiiiiih banget. Tempat tidurnya putih, mejanya putih, tangganya putih, lampunya putih, lantainya putih, piringnya putih, kulkasnya putih, konternya putih, mangkuknya putih... LOL ._.
Setelah selesai dengan melihat all-white things, gua bertengger dikamar gua dan mengebomkan tubuh gua ke kasur yang by-the-way putih juga. Alih-alih neraka, gua merasa berada di surga dipenuhi awan-awan, burung-burung berkicau, dan lambat laun semuanya gelap. Gua pun tertidur pulas sampai...
*sret sret sret*
*ngiiiik*
*tap tap tap*
Gua merinding akibat udara dingin yang tiba-tiba berhembus keseluruh pori-pori tubuh gua. Kalau bukan karena lemak gua yang senantiasa berubah menjadi kalor panas, gua bisa-bisa mati kedinginan dalam tidur. .__.
Merasa ada yang fishy dengan sesuatu di sekitar kamar baru gua, gua pun membuka mata satu persatu. Bulu kuduk gua pun berdiri tegak, leher gua pun bergetar. Gua bangkit dari ketiduran dan mengucek mata dengan sigap.
"Siapa lu?"
"Eh?"
Sepertinya gua lagi bermimpi di alam surga, karena gua melihat orang berbaju putih berdiri di seberang kasur sambil menyilangkan tangannya menatap gua. Tunggu! Wait! Chakaman! White shirt? Is this heaven or I see a ghost? Ghost ... Ghost....
"HUAAAAAAARGGGHHHHHHHAA hah hah.."
"AAAA blurrbbb eemmmm ummmm umm immm ammm mammam"
Hantu itu menutup mulut gua secepat kilat.... Tangannya yang seharusnya tembus pandang itu menyentuh area mulut gua. Jadi, selama ini hantu itu berwujud? Hah? -0-
"Diam donk. Isssh." Hantu itu juga bisa berbicara.
Gua beriak-riak dalam dekapan mulut itu. Karena tahu hantu itu berwujud, gua pun meninju pipinya dengan keras. Hantu itu terpental jauh kebelakang membuat cermin yang berada pas dibelakangnya pecah dan jatuh berserakan. Hantu itu merintih kesakitan. Pintu kamar terbuka dengan tiba-tiba. Ruangan yang tadinya gelap gurita sekarang menjadi terang bendera. Juli menatap situasi yang baru saja gua alami dan menutup rahangnya yang jatuh bebas.
"OHMYGOD!" Teriak Juli sambil berlari ke arah kaca berjatuhan.
Gua melihat hantu yang masih berada dalam fase kesakitan. Wow, hantu bisa merasakan sakit!
"WOI!!" To my surprise, Juli memegang punggung hantu itu yang berdarah. Wow, hantu bisa berdarah! To my surprise again, Juli memukul kepala hantu itu. Hantu itu mengerang kesakitan. "Ngapain lu disini! Kodok kodok!!!"
"Gilak lu. Urusin tuh galon aqua disana!" Hantu itu mengelus kepalanya yang benjol akibat jitakan Juli.
Juli menatap gua.
Dan barulah daku tersadar.
Itu bukan hantu. Hantu tidak punya bentuk, tidak bisa berbicara, tidak bisa kesakitan, tidak bisa terlihat, dan kemungkinan tidak nyata. Jadi... ... Gua ... Bisa masuk penjara karena penganiayaaaaan!!!! Ohmygod ohmygodohmygodohmydogohmydogohmyhotdog :9 Oh well. Ha ha ha .... ._.
"COLA-CAN! Kok lu brutal banget sih sama temen gua?! Tsk tsk tsk." Suara Juli memekakkan telinga gua.
"Gua pikir dia hantu tau! Lihat tuh, putih semua. Apalagi tiba-tiba menyusup ke kamar orang."
"Baju gua sekarang jadi bendera gara-gara lu, gallon! Lagipula Juli kok yang nyuruh gua ke sini." Manusia yang tadi gua pikir adalah hantu akhirnya berbicara jua.
"Rumah gua punya pintu, woi! Udah deh! Pigi sono! Beresin luka lu sendiri." Kata Juli.
"Kodok kodok! Kenapa juga sih lu harus terluka di punggung? Bikin kerjaan banget. Cola-can! Tanggung jawab nih anak. Kasih obat kek, apa kek. Gua mau beresin kamar lu dulu."
Juli pun menendang kami keluar dari kamar.
Gua ditinggal berdua bersama manusia-yang-tadinya-hantu.
"Siapa lu?" Tanya manusia-yang-tadinya-hantu.
"Lu sendiri?"
"Aish.. Lu siapa? Siapa lu? Who are you? You are who?"
"Tsk tsk... Lu sendiri siapa? Siapa sendiri lu? Who are you alone? You alone are who?"
Manusia itu berjalan ke bawah layaknya berjalan di rumahnya sendiri. Setau gua, Juli tinggal sendiri disini setelah orang tuanya berlibur keliling dunia selama beberapa waktu. Setau gua juga, Juli adalah anak tunggal yang orangtuanya punya. Setau gua juga nih, sepupu dan keluarga dekat Juli tinggal diluar kota. Jadi, siapakah gerangan makhluk ini? Kekasih Juli? Oh my god! Masa sih?! Ah, masa!
"Lu pacarnya Juli?" Tanya gua sembari mengikuti bayangannya ke lantai satu.
"Uh-huh." He mumbled.
Merasa jawabannya bersifat ambigu, gua berkumur-kumur lagi didepannya. "Hah?"
Manusia-tanpa-nama itu mendorong gua ke samping, merasa terusak pandangannya oleh seekor gajah. -0- Dia membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air putih ketika kami sampai di dapur. Gua dengan refleks menyodorkan gelas pada orang itu. Orang itu membereng gua untuk sepersekian detik sebelum menerima gelas gua.
"Jadi? Lu pacarnya Juli? Oh,ya? Gua Candy. Lu?"
*gulp gulp gulp*
Dan terjadilah...! Mata gua serasa kabur atau bling-bling gimana gitu setelah melihat pertunjukkan yang dilakukan maniak itu. Maniak tersebut meletakkan gelasnya kembali ke konter. Dia mengangkat tangannya dan menyapu poninya ke samping. Tak lupa juga matanya ditutup lalu dibuka lagi dengan kesan tajam. Dia menunjukkan senyum licik-atau-romantis nya lalu melihat tepat ke bola mata gua.
"I am Franco, my lady. Please forgive my rudeness back then."
-0-
Franco mengambil pergelangan tangan gua dan mengecup punggung tangan gua. Sambil mengecup, dia juga tak lupa mengedipkan matanya. By the way... Bulu mata Franco yang cukup panjang membuat gua berkesan bahwa dia seorang banci yang nyasar dikolong dunia. -_-* Selesai mendapatkan kecupan menjijaykan dari orang bernama Franco, gua tidak punya ide untuk bereaksi seperti apa selain tersenyum kaku dan terkesan mengerikan. *v* ha ha ha
Franco balik ke posisinya yang semula sembari menghentakkan kepalanya untuk kembali membiarkan poninya bergeser ke samping. And I am like ... Ada SETAN disini!!! Ohmygod!
"My lady, please heal my back... ;;)"
Tanpa aba-aba satu dua tiga, Franco membalikkan badannya dan membuka kancing bajunya satu persatu. Dan ketika kancing terakhir terbuka dengan indah -_-. Franco melempar bajunya ke konter dengan gaya gimana-gitu. Dengan adegan alay itu, gua berhasil melihat punggungnya yang sedikit tanned dan... terluka akibat serpihan kaca. My artwork is there! XD *plak*
"What are you waiting for, my lady?" Franco membalikkan kepalanya. Gua dapat menangkap sorot matanya yang menyiratkan ---- EWWW...
Gua segera berbalik dari scene agak erotis itu dan bergegas ke kamar mandi mencari first aid-kid. Ketika gua kembali lagi ke scene agak erotis tadi, Franco masih tetap pada posisi sebelumnya; setengah telanjang. Gua membuka kotak obat dan mengeluarkan kapas beserta alkohol. Gua meneteskan alkohol ke kapas dan melumurkannya ke punggung Franco yang aduhay. -_-
"Aaaah... Be careful! Aaah."
._.
Gua masih melakukan lulur alkohol ke punggung Franco ketika Juli akhirnya turun ke bawah.
"WOI!! Gayamu itu gak perlu sebohay itu kale." Komentar Juli saat ia melihat Franco.
"Suka-suka gua. Badan, badan gua. Napa? Lu tertarik?"
"Gigikmu kebanyakan! -_- Lu menodai mata anak orang, tahu gak?" Kata Juli sembari menyingkirkan gua. Dia dengan sigap mengambil alih menjadi suster.
Setelah siap memperban punggung Franco yang FYI masih terbuka bebas, Juli membawa kami ke ruang tamu sambil menyajikan tiga gelas markisa.
"Omong-omong. Kebetulan karena si kodok datang, gua bakal menjelaskan aturan mainnya." Kata Juli.
Dia pun menjelaskan hal absurd yang membuat markisa yang gua minum hampir dan #eh sudah terjun parabola ke meja! Juli berkata bahwa Kodok(Franco) akan menjadi pelatih gua selama berada di rumah ini. Kodok yang ternyata baru saja mendapatkan news tersebut juga tersedak heboh.
"Gila lu! Mana bisa galon berubah menjadi botol." Komentar Franco setelah sembuh dari sedakan markisa. Sebagai balasan kalimatnya, Franco pun menerima pukulan telak dikepala. Pengirim: Juli.
"Gua uda kasih lu kerjaan juga. Bukannya terimakasih." Juli melemaskan telapak tangannya. "Jadi, lu boleh tinggal disini. Terserah lu, deh. Yang penting lu bantu gua ngempesin Candy."
-..- Sepertinya... Gua sudah mendapat lebih dari satu insult dan tidak ada yang minta maaf ke gua. Bahkan mereka berdua pun makin garang mengomentari bentuk lekuk tubuh gua. *mental slap to THEM*
"Yaudah. Kalau gitu gua tinggal disini aja. Duh galon, tidur di lantai bawah aja, gua gak mau tidur selantai sama lu."
Merasa terhina dengan berbagai macam varian rasa cemooh berwarna-warni, gua mengungsi ke dapur untuk mengambil cemilan. Tapi . . . Begitu gua membuka kulkas, ada narnia yang menunggu gua. -_- Alih-alih narnia, gua malah disambut dengan Brastagi. Hanya ada air mineral, sayuran, buah-buahan, dan susuu~ yang menetap di dalam kulkas sehingga gua langsung membanting kulkas itu dengan lembut(?). Sehabis mengetahui gua akan menghabiskan malam tanpa snack, gua depresi dan menyendiri dalam kamar. Franco dan Juli masih heboh-hebohnya membahas masalah diet, dan bertengkar tentang masalah pribadi.
Omong-omong tentang Franco... -_- Sepertinya dia berubah menjadi orang yang berlainan tiap waktu. Sewaktu gua masih sendirian dia akan bersikap sok gentleman dan sewaktu ada Juli dia akan bersikap like a jerk. *(!`☐´)づ)˚з°)づ)˚з°)づ)˚з°)* Gua rasa dia punya gangguan mental, serius. ._.v
**
Gua bangun keesokan harinya pada jam 5.30. Busyet! Juli sengaja menyuruh Franco untuk membangunkan gua dengan alarm superman. Juli seperti terkena sihir atau dirasuki karena dia berubah beberapa derajat ke segala arah. -_- Juli bersikap sok (atau memang?) tegas di hadapan gua dan Franco. Hal itu bahkan membuat Franco semakin merajalela memaksa gua melakukan pekerjaan rumah tangga disaat Juli pergi untuk kerja. Ya, Juli meninggalkan gua bersama Franco ketika dia akan pergi kerja. Jadi intinya, secara tidak langsung Juli memiliki pembantu di rumah. Entah apa yang mereka diskusikan semalam tapi Franco benar-benar ngotot untuk mengajari gua olahraga.
Selama bebearpa hari berturut-turut gua melakukan hal yang sama. Bangun di pagi hari, makan makanan seadanya, olahraga sebanyaknya, istirahat secukupnya, dan jadi pembantu seenaknya. -_- Gara-gara mendapat berbagai halangan dan tantangan dari segala jurusan, nafsu makan gua berkurang drastic. Gua bahkan sangat shock saat menyadari gua tidak terlalu nafsu makan lagi. .___. Gara-gara itu pula, dalam beberapa hari ini berat badan berkurang banyak, sekitar dua kilogram. WOW! My faaaat!!
Semakin lama gua menghabiskan waktu dengan Franco-, gua semakin mengenal sifat Franco. Dia itu bisa dibilang cowok handsome dan gentleman, tapi terkadang dia bisa berubah gara-gara Juli, teman masa kecilnya. Pantas saja gua tidak mengenal Franco, karena Juli tidak pernah bercerita tentang dirinya. Oh, poor Franco… :P
“Kenapa sih lu harus masuk lewat jendela?”
Tanya gua sewaktu berlari di treadmill. Kami sedang berada di ruang tamu. Franco duduk di salah satu sofa menghadap gua. Dia membolak-balik majalah layaknya seorang boss. -_-
“Menurut kamu, princess?”
“Serius kodok!”
Franco membereng gua untuk sepernano sekon dan meletakkan majalahnya ke meja, “Gua sama Juli itu temenan sejak kecil. Kami selalu bersama sampai . . . Negara api menyerang.”
-0-
“S-e-r-i-u-s. Terus, kok rasanya perilaku lu selama berada di dekat Juli itu beda banget? Merinding gua jadinya…” Selama beberapa hari bersama Franco, gua gak pernah sekalipun bertanya tentang masalah pribadi mereka. Menurut gua, masih terlalu bagi gua untuk sok kenal sok dekat dengan mereka. Tapi gua juga tidak bisa tinggal serumah dengan orang yang hanya namanya gua kenal.
Franco mendesah pelan.
Merasa ada kesempatan untuk lebih rileks di treadmill, gua pun memelankan kecepatannya.
Alih-alih bercerita tentang kehidupan mereka, Franco malah berdiri dan memukul kepala gua dengan majalah yang tadi dibacanya. -_- “Jangan nanya yang macam-macam, deh. Keep calm and enjoy the concert.”
Gua melongo mendengar jawaban Franco. Konser? Ah… Omong-omong gua baru ingat ajakan Juli ketika gua baru pindah ke rumahnya. Berhubung idola Koreanya 2PM akan mengadakan konser istimewa di kota ini, Juli dengan antusiasnya mengajak kami berdua. Bukan hanya antusias, Juli bahkan memaksa gua untuk mengikuti konser itu. Melihat dan merasakan desakan geli Juli, gua pun menyetujui acara itu. Franco juga menghadiri acara itu, berhubung dialah yang akan mengendarai mobil.
“Sebenarnya gua malas banget, deh, nonton orang Korea itu…” keluh gua.
Gua memang tidak seperti Juli yang demam Korea, mulai dari drama sampai boy/girlbandnya. Gua lebih suka mendengar lagu barat dan menonton film-film Hollywood daripada Korea.
“Emang lu mau sendirian di rumah? Jangan-jangan jangan-jangan.” Franco meledek gua yang dengan mudahnya khawatir akan hal-hal sepele. “Okay, okay. Gua cuma memberikan kesempatan ini satu kali aja berhubung kita harus segera bersiap besok. Lu boleh berhenti.”
Mendengar izin yang tak biasanya dari Franco, gua berdiam sebentar sampai hampir terpeleset. Gua pun turun dari treadmill dan bersantai sebentar di sofa.
Wow… Akhirnya. . . Walaupun gua tidak terlalu suka dengan konser orang-orang itu, gua cukup bahagia dengan kenyataan bahwa gua akan keluar dari tempat ini! Hahaha… ._. Karena Juli berpikir gua tidak boleh menunjukkan wajah gua ke dunia luar, dia menyuruh gua untuk menetap di rumah. -_- Betul-betul.
Kalau saja gua tidak pernah menjawab dan tidak mengenal kata “diet”, pasti gua tak akan berada disini. Kalau saja gua bisa menolak harapan Mom dan antusiasme Juli, pasti gua tak akan disini merusak segala usaha masa lalu gua dalam memakan semua perasaan gua. . .
NEXT CHAPTER
>> Author Note : Okay, gua minta maaf sedalam-dalamnya karena udah lama gak mengupdate blog ini... m(-_-)m Butuh perjuangan yang dahsyat untuk mengeluarkan entry ini, so... forgive me. :D <<
0 comments